Gunung Raja Paksi Targetkan Ekspor 20% Produksi Baja Tahun Ini

Andi M. Arief
26 Juli 2022, 15:44
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (15/6/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2022 mengalami surplus 2,90 miliar dolar AS dengan nilai ekspor 21,51 miliar dolar
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (15/6/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2022 mengalami surplus 2,90 miliar dolar AS dengan nilai ekspor 21,51 miliar dolar AS dan impor 18,61 miliar dolar AS.

PT Gunung Raja Paksi Tbk optimistis penjualan ekspor baja sepanjang 2022 mencapai 20% dari alokasi produksi perseroan. Estimasi nilai penjualan ekspor tersebut ditaksir mencapai US$ 70 juta.

Beberapa pasar yang sudah dan akan ditembus oleh emiten industri baja berkode GGRP ini adalah Kanada, Malaysia, Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru. Pengiriman ekspor terbaru adalah ke Selandia Baru sebanyak 3.800 ton senilai US$ 4 juta atau atau Rp 59,96 miliar (kurs: Rp 14.992).

"Sampai sekarang optimistis target 20% produksi untuk ekspor tercapai. Indikatornya, pipeline pesanan sudah mulai bertambah. Bahkan bisa melampaui target 20% kalau semua pipeline terealisasi," kata Presiden Direktur GGRP Abednedju Giovano Warani Sangkaeng atau biasa dipanggil Argo di Kantor GGRP, Selasa (26/7).

Argo mengatakan, jenis baja yang akan diekspor pada tahun ini adalah baja struktur. Sebagai informasi, baja struktur adalah jenis baja yang digunakan untuk keperluan pembangunan gedung.

Selain mengembangkan pasar ekspor, Gunug Raja Paksi akan meningkatkan dominasinya di pasar domestik. Oleh karena itu, GGRP mendatangkan light section mill atau mesin produksi baja struktur ukuran kecil senilai Rp 1 triliun.

Mesin tersebut meningkatkan kapasitas terpasang GGRP dari 480.000 ton menjadi 980.000 ton. Argo mengatakan, pengoperasian LSM akan meniadakan baja struktur ukuran kecil hasil impor selama 7 tahun ke depan.

Argo mencatat konsumsi baja struktur ukuran kecil di dalam negeri masih bergantung dari impor. Menurutnya, total impor baja pada 2019 mencapai 6-7 juta ton karena pabrikan baja domestik hanya mampu memasok maksimum 11 juta ton dari total kebutuhan 17 juta ton.

Dengan kata lain, Argo menargetkan penambahan mesin LSM baru dapat mengurangi volume impor tersebut. Argo berharap GGRP dapat menguasai pasar baja struktur ukuran kecil domestik pada 2029.

Dalam waktu dekat, Argo mengincar jadi pemasok komponen baja pada beberapa proyek nasional seperti pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dan beberapa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) seperti di Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sumatra.

Dengan adanya target peningkatan alokasi ekspor dan proyek pembangunan di dalam negeri, GGRP tidak akan meningkatkan kapasitas terpasang pada tahun ini. Saat ini, GGRP memiliki kapasitas terpasang sebanyak 2,2 juta ton per tahun.

Adapun, strategi yang akan diterapkan GGRP adalah peningkatan utilisasi menjadi 50% - 60% sepanjang 2022. Pada 2021, utilisasi GGRP hanya mencapai 40% - 50%.

Kapasitas terpasang adalah kemampuan produksi maksimal sebuah pabrik dalam setahun. Sementara itu, utilisasi adalah presentasi antara realisasi produksi dan kapasitas terpasang dalam kuru waktu tertentu.

Artinya, target maksimum realisasi produksi GGRP pada 2022 adalah 1,32 juta ton. Argo menilai pabrikan akan tetap mencetak laba lantaran harga baja dunia mengalami tren pertumbuhan selama pandemi Covid-19.

Akibat naiknya harga baja dunia, Argo mencatat pendapatan GGRP dapat mencapai US$ 62 juta dengan rata-rata utilisasi sekitar 40% pada 2021. Capaian itu melonjak dari kondisi keuangan GGRP yang merugi sekitar US$ 7 juta pada 2020.

"Sekalipun utilisasi kami kecil, penjualan kami kecil, tapi ada kenaikan harga. Kedua, kami mengoptimalkan efisiensi pasokan kami, jadi kami fokus memproduksi produk-produk yang bernilai tambah tinggi," kata Argo.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor besi dan baja Indonesia di tahun pertama pandemi Covid-19 pada 2020 menyusut 29,69% menjadi 11,35 juta ton dari tahun sebelumnya yang mencapai 16,15 juta ton.

Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...