Pertalite Naik Jadi Rp 10.000, Harga Pangan Bakal Meroket?
Pemerintah resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) berlaku Sabtu (3/9) siang hari. Harga Pertalite naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10 ribu per liter. Sedangkan harga Solar naik dari dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter.
Kenaikan tarif bahan bakar minyak atau BBM berkontribusi hingga 50% dari total biaya logistik di dalam negeri sehingga bisa mendongkrak harga pangan. Pengaruhnya terutama di daerah-daerah dengan konsumsi tertinggi dan jauh dari sentra produksi seperti DKI Jakarta.
Pakar Maritim dari Institut Teknologi Sepuluh November Saut Gurning mengatakan seluruh komoditas pangan memiliki biaya transportasi dalam struktur biaya produksinya. Menurutnya, perubahan harga BBM akan sangat mempengaruhi struktur biaya produksi bahan pangan pokok dan penting di dalam negeri.
"BBM jelas punya dampak yang cukup tinggi pada deviasi struktur biaya produksi yang mendorong inflasi. Kenaikan biaya transportasi akan mempengaruhi semua bahan pokok dan penting," kata Saut kepada Katadata.co.id belum lama ini.
Saut mengatakan, kenaikan biaya produksi tersebut akan langsung disalurkan ke harga jual. Alasannya, margin yang didapatkan pelaku industri komoditas tersebut tidak terlalu besar.
Lain halnya dengan harga jual produk industri teknologi tinggi yang diperkirakan tidak akan berdampak signifikan. Saut menjelaskan, margin yang dimiliki industri berteknologi cukup tinggi. Dengan demikian, dampak kenaikan biaya logistik masih bisa ditanggung pelaku industri dengan mengacilkan margin. Beberapa produk hasil industri berteknologi tinggi yang dimaksud adalah produk otomotif dan produk elektronika.
Subsidi BBM Terbatas
Saut menyarankan agar pemerintah melonggarkan subsidi secara terbatas. Dengan kata lain, pemerintah hanya mengurangi dampak kenaikan BBM pada komoditas pokok maupun industri berteknologi rendah.
"Yang dijaga adalah industri yang dekat dengan masyarakat, selain itu bahan pokok dan penting itu dijaga pemerintah. Bantalan-bantalan sosial terus diberikan," kata Saut.
Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Reynaldi Sarijowan, mengatakan dirinya belum bisa memastikan secara rinci dampak kenaikan harga BBM terhadap harga bahan pokok. Hitungan tersebut baru bisa dipastikan jika sudah ada angka resmi dari pemerintah berapa persen kenaikan harga BBM yang ditetapkan.
Reynaldi mengatakan, sistem logistik pangan di dalam negeri masih dilakukan secara tradisional. Artinya, sebagian logistik pangan masih dilakukan dengan volume kecil yang menggunakan kendaraan ber-BBM pertalite sampai solar bersubsidi.
Menurut Reynaldi, kenaikan harga BBM akan berdampak serius pada harga pangan di pasar tradisional, khususnya di daerah dengan tingkat konsumsi tinggi seperti DKI Jakarta. Hal ini disebabkan oleh jauhnya jarak antara daerah konsumsi tinggi dan sentra produksi pangan.
Reynaldi mencontohkan pasokan bawang merah di Jakarta yang berasal dari Brebes, Jawa Tengah. Sementara itu pasokan telur ayam di Ibu Kota berasal dari Jawa Timur.
"Jadi, sembilan bahan pokok ini akan ada kenaikan harga jika harga BBM naik, karena hampir semua komoditas yang saya katakan itu memakai cara distribusi tradisional. Kami belum hitung presentasi kenaikannya, tapi estimasinya akan besar kalau BBM naik sampai Rp 10.000 per liter," kata Reynaldi.
Menurut laporan Global Petrol Prices, negara yang tercatat memiliki harga BBM termurah di Asia Tenggara adalah Malaysia, yakni Rp6792,6 per liter (BBM setara RON 95). Di atasnya ada Vietnam dengan harga BBM Rp15.939,6 per liter.
Adapun Indonesia merupakan negara dengan harga BBM termurah ketiga di kawasan, yakni Rp17.320 per liter. Sedangkan, Singapura menjadi negara dengan harga BBM termahal di Asia Tenggara, yaitu Rp29.015 per liter.