Cerita Bahlil Rebut Investasi Senilai Rp 1,9 Triliun dari Vietnam
Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, meceritakan tentang upayanya merayu produsen pipa plastik asal Belanda, Wavin B.V, untuk berinvestasi di Indonesia sebesar US$100 juta-US125 juta atau sekitar Rp 1,5-Rp 1,9 triliun. Padahal, Wavin sebelumnya akan berinvestasi di negara lain, salah satunya Vietnam.
Bahlil mengatakan, dirinya diinstruksikan oleh Presiden Joko Widodo untuk mencari investasi pada awal pandemi berlangsung. Pada September 2020, dia akhirnya pergi ke Belanda dan melakukan pendekatan dengan Wavin.
"Alhamdulillah dari September kita rayu. Mereka tadinya mau investasi ke negara lain, salah satunya Vietnam," kata Bahlil saat ground breaking pabrik Wavin B.V. di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah, Senin (3/10).
Dia mengatakan, sebanyak 80 persen produk pipa yang digunakan di Indonesia masih berasal dari impor. Oleh sebab itu, pembangunan pabrik Wavin B.V. ini dapat mensubtitusi kebutuhan impor pipa Indonesia.
Indonesia jadi negara pertama di ASEAN
Indonesia menjadi negara pertama lokasi investasi Wavin B.V di Asia Tenggara. Pabrik Wavin di KIT Batang ini akan dibangun di atas lahan seluas 20 hektar dan membuka lapangan pekerjaan bagi 500 Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Bahlil mengatakan, hasil produksi Wavin di KIT Batang tidak hanya untuk pasar Asia Tenggara saja, melainkan akan diekspor ke Eropa. Wavin merupakan tenant ke-10 di KIT Batang, di mana area tahap I KIT Batang seluas 450 hektar dan tahap II seluas 1.000 hektar sudah penuh.
“Pemerintah akan terus kawal investasi masuk ke Indonesia dengan cara yang benar. Tidak akan ada gerakan-gerakan lain. Dan kami akan terus bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mengawal investasi yang ada di Indonesia, khususnya KIT Batang ini,” ucap Bahlil.
Presiden Joko Widodo menyampaikan pentingnya investasi dalam kondisi dunia yang saat ini sedang sulit. Investasi dapat memberikan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan cadangan devisa negara.
Pria yang akrab disapa Jokowi ini mengatakan bahwa Indonesia masih dipercaya untuk menjadi tempat investasi perusahaan besar dunia. Padahal, dunia saat ini tengah menghadapi krisis finansial.
"Tidak mudah mendapatkan kepercayaan dari sebuah investasi. Begitu sebuah negara sudah dicap tidak baik sebagai investasi, gak akan ada yang mau datang ke negara kita. Dan kalau sudah tidak ada yang datang, maka kita harus impor barang dari luar," ujarnya.