RI dan Australia Barat Bentuk Kemitraan Rantai Pasok Baterai Listrik
Kementerian Investasi Republik Indonesia mengajak Australia Barat menjalin kemitraan dalam hal mendorong hilirisasi dan mengembangkan ekosistem industri baterai mobil listrik. Hal itu disampaikan Menteri Investasi RI saat melakukan pertemuan dengan Sekretaris Parlemen Negara Bagian Australia Barat, Jessica Jane Shaw, di Nusa Dua, Bali.
Bahlil mengatakan bahwa saat ini Indonesia berkomitmen mendorong investasi hijau yang ramah lingkungan dan berkelanjutan melalui pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik yang terintegrasi. "Ini merupakan momentum yang tepat bagi Indonesia dan Australia untuk memperkuat hubungan perekonomian, khususnya dalam hal investasi," kata Bahlil di Kabupaten Badung, Bali, Selasa (15/11).
Bahlil mengatakan bahwa 40% komponen kendaraan listrik adalah baterai. Sedangkan, bahan baku penting dalam baterai yaitu nikel, mangan, cobalt, dan lithium.
Adapun bahan baku lithium merupakan bahan mineral yang tidak dimiliki oleh Indonesia. Australia memiliki keunggulan sebagai penghasil lithium terbesar di dunia.
Sementara Indonesia memiliki keuggulan karena memiliki industri baterai listrik dan diukung oleh pemain global. Saat ini sejumlah perusahaan baterai kendaraan listrik yang sudah berinvestasi di Indoensia adalah LG, Foxconn, CATL.
"Kerja sama ini merupakan sebuah peluang besar yang dapat dijajaki antara Indonesia dengan Australia dengan konsep saling menguntungkan dalam rangka meningkatkan perekonomian kedua negara”, ujar Bahlil.
Sekretaris Parlemen Negara Bagian Australia Barat, Jessica Jane Shaw, menyambut positif apa yang disampaikan oleh Bahlil. Menurutnya, Australia Barat memiliki 50% cadangan lithium dunia dan letak geografis yang strategis terhadap Indonesia.
Denagn demikian, menurut dia, merupakan langkah tepat bagi Indonesia untuk memperoleh bahan baku lithium dari Australia dan bersinergi dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
“Seperti Indonesia, Pemerintah Australia juga memiliki ketertarikan dalam hal hilirisasi. Sehingga, ada peluang untuk melakukan kolaborasi dan sharing knowledge antara kedua negara,” ujar Jessica.
Menindaklanjuti pertemuan ini, Kementerian Investasi akan membentuk tim khusus untuk mengeksplorasi peluang kerja sama Indonesia dengan Australia tersebut. Berdasarkan data triwulan III 2022, Kementerian Investasi/BKPM mencatat realisasi investasi asal Australia sebesar USD 0,2 miliar dan menempati peringkat ke-10.
Secara akumulatif sejak 2017- September 2022, realisasi investasi Australia mencapai USD 2,37 miliar. Adapun sektor realisasi investasi asal Australia sejak tahun 2017 tersebut didominasi pada sektor pertambangan sebesar USD 1,28 miliar (54,1%), industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya sebesar US$ 0,8 miliar (8,3%), serta hotel dan restoran sebesar USD0,18 miliar (7,4%).