Pedagang Sebut Harga Beras Naik Akibat Bulog Lalai Serap Beras Petani
Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia atau DPP IKAPPI mengatakan bahwa harga beras di pasar masih mahal. Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan mengungkapkan lonjakan harga beras disebabkan kesalahan Badan Urusan Logistik atau Bulog yang tidak melakukan penyerapan di awal tahun.
"Ini jadi masalah sekarang sehingga akan mempengaruhi harga di pasaran," ujar Reynaldi dalam keterangan resmi, Jumat (3/2).
Menurut Reynaldi meski pemerintah sudah melakukan impor beras untuk mencukupi kebutuhan stok dan menekan harga, namun stok beras di pasar tetap terbatas. Ia menyebut, kenaikan harga beras di pasaran terasa sejak dua bulan. Bahkan kini, harga beras di pasaran ada yang melebihi Harga Eceran Tertinggi atau HET.
Kenaikan harga beras menurut Reynaldi sangat mungkin terjadi hingga Maret mendatang. Kenaikan itu akan membuat pedagang kesulitan menjual beras pada konsumen.
"Apalagi ada tambahan beras impor, itu juga menjadi kendala," ujarnya.
IKAPPI berharap pemerintah terutama bulog bisa menemukan solusi mengatasi kenaikan harga beras di pasar dengan menyeluruh agar pedagang dan pembeli tidak merasa dirugikan. Dia meminta Bulog fokus dalam mengurus permasalahan beras saja. Meski begitu ia mengakui langkah Bulog untuk melakukan operasi pengendalian harga beras bisa menjadi solusi jangka pendek.
"Kami berharap bulog dapat melaksanakan tugasnya untuk melakukan penyerapan terhadap beras petani di panen raya bulan depan," tutur Reynaldi lagi.
Sebelumnya, United States Department of Agriculture atau USDA memproyeksikan produksi beras global mencapai 503,27 juta metrik ton MT pada musim 2022/2023. Jumlah ini turun 11,78 juta MT atau 2,29% dari musim 2021/2022.
Pada musim ini Tiongkok menjadi negara penghasil beras terbesar, yaitu 147 juta MT. Adapun Indonesia menjadi produsen beras terbesar keempat di dunia, sekaligus nomor satu di Asia Tenggara dengan estimasi produksi 34,6 juta MT pad musim 2022/2023.