BUMN Berperan Kembangkan Ekosistem Kopi Nasional
Perkembangan ekosistem kopi nasional menjadi perhatian Menteri BUMN Erick Thohir saat membuka BRI & Pegadaian Indonesia Coffee Festival (ICF) 2023, pada 6 Mei 2023. Ia menyatakan dukungan terhadap ekosistem industri kopi sejalan dengan visi industrialisasi pangan yang dicanangkan pemerintah.
Erick Thohir mengatakan, hal tersebut merupakan salah satu upaya dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, setidaknya pada kisaran 5 persen. Dan sejauh ini, Badan Usaha Milik Negera (BUMN) terbukti menjadi solusi ekosistem kopi nasional melalui penguatan kepada industri kopi secara langsung dari hulu ke hilir.
Menurutnya, industrialisasi pangan seperti penguatan ekosistem kopi nasional memang perlu digalakkan. Hal ini tak terlepas dari kontribusi konsumsi domestik terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
“Mesti ada industrialisasi, yang mana seluruh stakeholders bekerja sama sehingga kualitas kopi semakin bagus, dan ada nilai tambah. Ini kita buktikan melalui hilirisasi konsumsi domestik. Jadi, saya mendukung ekosistem kopi ini," ujar Menteri BUMN Erick Thohir.
Semangat BUMN untuk mengembangkan industri kopi Indonesia salah satunya melalui skema Program Makmur Kopi yang dilakukan semua pelaku ekosistem kopi Indonesia di PMO Kopi Nusantara, dengan BRI sebagai salah satu pemangku kepentingan utama.
“Oleh karena itu, saya di BUMN mengajak teman-teman di awal, bahwa kita harus menjadi solusi. Terciptalah ini, supaya terintegrasi seluruh stakeholders,” tutur Erick.
Berdasarkan data International Coffee Organization (ICO) 2019/2020, produksi kopi Indonesia saat ini berada pada posisi ke-4 terbesar di dunia atau sebanyak 686 ribu ton per tahun. Urutan Indonesia terpaut relatif jauh dibandingkan dengan penghasil kopi terbesar dunia, yaitu Brasil. Negeri Samba memproduksi hampir 20 kali lipat lebih besar, yaitu dengan produksi 3,5 juta ton per tahun atau memenuhi 35,7 persen dari total kebutuhan kopi dunia yang mencapai 9,8 juta ton per tahun.
Direktur Utama BRI Sunarso menyoroti posisi Indonesia tersebut, yakni hanya menyumbang 6,6 persen produksi kopi dunia. dengan kata lain posisi Indonesia ada di bawah Brasil, Vietnam dan Kolombia.
Mengutip riset BRI Research Institute pada 2023, Sunarso menyebutkan, bisnis kopi di sektor hulu akan terus tumbuh dan berkembang di pasar domestik maupun global. Sementara itu, di sektor hilir, pendapatan kopi global diproyeksikan terus meningkat walaupun pertumbuhannya melambat.
“Jadi, penting bagi kita untuk tahu persis sebenarnya nilai tambah kopi itu ada di fase mana. Dan berapa besar nilai tambahnya, lalu kemana kita harus fokuskan energi kita untuk meningkatkan nilai tambah kopi kita itu,” ujar Sunarso.
Ia juga menjabarkan hasil riset terkait pentingnya peningkatan nilai tambah komoditas kopi melalui industrialisasi. Saat ini, rerata produksi kopi nasional sekitar 600 kg per hektar per tahun. Padahal, idealnya 1,5 - 2 ton per hektar per tahun.
“Kemudian jika dilakukan penjualan dalam bentuk biji, kopi hanya akan menjadi 500 kg. Harga jualnya sekitar Rp15 juta saja. Jika produksi dalam biji kopi yang sudah disangrai, akan susut menjadi 350 kg tetapi nilai jualnya menjadi Rp45 juta,” ujar Sunarso.
Ia mengimbuhkan, apabila proses dilanjutkan hingga menjadi bubuk maka berat susut menjadi 340 kg tetapi nilai jualnya bisa mencapai sekitar Rp50 juta. Bahkan, ketika kopi bubuk tersebut dijual dalam bentuk cup siap minum akan menjadi setara sekitar 57.000 cup, nilai jualnya sekitar Rp850 juta.
Guna memperkuat posisi kopi Indonesia di kancah internasional, menurutnya, kopi dari Indonesia perlu dijual dalam bentuk cup bermerek Indonesia.
“Ini tantangan sekaligus masalah yang harus kita jawab bersama. Rasanya perlu kita sepakati visi kopi Indonesia ke depan. Visinya adalah ‘Menjual Kopi dengan Nilai Tambah yang Maksimal’. Visinya itu. Dan tentunya akan dijual secara global,” ujar Sunarso.
Terkait upaya peningkatan daya saing pelaku bisnis kopi, BRI terus menunjukkan kontribusinya dengan memberdayakan mereka, tidak hanya yang berkiprah di hulu tetapi juga di hilir. Salah satunya melalui program pemberdayaan klaster kopi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, serta peningkatan kesejahteraan petani.
Per Maret 2023, BRI membina sekitar 274 klaster kopi di seluruh Indonesia. Setiap satu klaster usaha kopi beranggotakan belasan hingga ratusan orang.
Strategi pemberdayaan BRI tidak terlepas dari penguatan ekosistem ultra mikro dan mikro. Lebih dari 75 ribu Mantri BRI, Penaksir Pegadaian, dan Account Officer PNM di seluruh Indonesia memberikan pendampingan usaha untuk meningkatkan kreatifitas dalam pengelolaan keuangan usaha.
Selain itu, BRI secara konsisten melaksanakan BRIlianpreneur yang menjadi ajang kurasi dan pembekalan untuk membuka peluang pasar ke mancanegara bagi nasabah binaan BRI. Komoditas kopi menjadi salah satu unggulan dari bidang kuliner, selain bidang unggulan lain, yaitu fesyen, craft, dan furnitur.
Pembiayaan dan pemberdayaan yang dilakukan BRI merupakan bentuk business value dan social value bagi para petani dan pelaku usaha kopi untuk dapat menghasilkan kopi berkualitas tinggi dan memiliki nilai tambah optimal.