Hadapi El Nino, Jokowi Wanti-wanti Jaga Cadangan Beras Akhir Tahun
Presiden Joko Widodo ingatkan pembantunya untuk berhati-hati dalam menjaga cadangan beras saat memasuki 2024. Pasalnya, El Nino akan mulai terjadi pada September-Oktober 2023.
Bahkan Jokowi memanggil sejumlah menteri dan kepala lembaga ke Istana hari ini untuk membahas pasokan pangan. Salah satu yang menghadiri rapat adalah Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi
Arief mengatakan pasokan beras lokal akan masih terjaga pada Oktober-Desember 2023 lantaran panen gadu. Seperti diketahui, panen gadu adalah panen dari tanaman yang ditanam pada musim kemarau pada April-September.
Arief mengatakan Desember 2023 hingga Februari 2024 menjadi masa rentan mengingat periode tersebut merupakan masa tanam serentak dan tidak ada pasokan beras lokal.
"Sampai hari ini, kalau kalkulasi kami terkait pasokan beras masih positif. Hanya saja Presiden minta hati-hati," kata Arief di Istana Kepresidenan, Senin (10/7).
Arief mengatakan tugas pemerintah saat ini adalah menjaga cadangan beras saat berganti tahun menuju 2024. Salah satu strategi yang telah disiapkan adalah impor beras.
Arief mencatat Bapanas melalui ID FOOD telah memiliki izin impor beras sebanyak 2 juta ton sepanjang tahun ini. Menurutnya, sebanyak 500.000 ton telah digunakan oleh ID FOOD.
Dengan demikian, Arief mengatakan ID FOOD masih memiliki izin untuk mengimpor 1,5 juta ton beras hingga akhir tahun. "Presiden sudah menugaskan untuk siap-siap, jangan sampai nanti terlambat," kata Arief.
Arief menjelaskan penggunaan izin impor tersebut akan disesuaikan dengan neraca komoditas. Untuk diketahui, neraca komoditas diperbarui oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian setiap 3 bulan sekali.
Ia mengatakan neraca komoditas saat ini telah disiapkan hingga kuartal I-2024. Dengan kata lain, izin impor tersebut diterbitkan dengan perhitungan neraca komoditas masa depan.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan strategi stabilisasi harga dan stok pangan berada di jalan yang benar. Hal tersebut ditunjukkan dari beberapa parameter ekonomi.
Indikator Pangan Masih Positif
Arief juga mengatakan indikator terkait pangan Indonesia dan pertanian masih positif. Badan Pusat Statistik mendata Nilai Tukar Petani (NTP) sepanjang 2021 secara konsisten terus naik dari awal Januari 2021 sebesar 116,24 poin menjadi 129,93 poin pada Desember 2021.
Pada 2023, angka NTP terus menanjak hingga 133,01 pada Maret 2023. Namun angka tersebut konsisten melandai hingga Juni 2023 ke posisi 125,5 poin.
Seperti diketahui, angka dasar dalam perhitungan NTP adalah realisasi harga pada 2018. Artinya, NTP per Juni 2023 telah lebih tinggi 25,5% dibandingkan harga pada akhir 2018.
BPS mendata inflasi per Juni 2023 adalah 3,76 persen atau lebih rendah dari realisasi Juni 2022 sebesar 4,38 persen. Adapun, inflasi Juni 2023 adalah inflasi terendah sepanjang tahun berjalan 2023.
"PR saya tinggal satu lagi, bagaimana pokoknya BUMN punya cadangan pangan pemerintah," kata Arief.