Pedagang Tanah Abang Sulit Bersaing di Tiktok Shop, Banting Harga 50%

Andi M. Arief
20 September 2023, 10:35
Tulisan protes TikTok Shop yang ditulis pedagang Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (19/9).
Andi M. Arief/Katadata
Tulisan protes TikTok Shop yang ditulis pedagang Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (19/9).

Pedagang Pasar Tanah Abang mengaku sulit bersaing dengan penjualan e-commerce atau social commerce seperti TikTok Shop. Pasalnya harga di platform penjualan tersebut dinilai tidak masuk akal karena terlalu murah.

Salah satu pedagang garmen di Pasar Tanah Abang, Yuliarti mengatakan bahwa penjualan di Pasar Tanah Abang saat ini lebih sepi dari masa pandemi. Yuliarti yang telah berjualan baju gamis lebih dari 10 tahun di Pasar Tanah Abang itu pun mengaku mulai menjajakan barangnya secara daring untuk bertahan hidup.

Namun, barang jualannya kerap tidak terjual sama sekali secara daring. "Jualan di TikTok tetap sepi penjualannya. Mulai sepi sejak Lebaran 2023, penurunan penjualannya lebih parah dari pandemi," kata Yuliarti di Pasar Tanah Abang, Selasa (19/9).

Yuliarti menghitung nilai penjualan di tokonya umumnya hanya Rp 1 juta per hari. Menurutnya, omzet tokonya telah susut sekitar 50% saat ini.

Sementara itu, biaya sewa tokonya lebih dari Rp 100 juta per tahun. Alhasil, Yuliarti mengaku harus menutupi kekurangan pembayaran sewa tersebut dari tabungannya sendiri.

Harga Baju di TikTok Shop Jauh Lebih Murah

Pedagang tekstil lainnya, Anton, mengatakan sepinya kunjungan masyarakat ke Pasar Tanah Abang disebabkan oleh pasar daring, khususnya TikTok Shop. Sebab, harga garmen yang dijual di TikTok Shop bisa lebih rendah melebihi 50% dari Pasar Tanah Abang.

"Kami beli bahan, kita bikin sendiri aja gak masuk harganya. Kenapa di online itu bisa Rp 39.000 per pakaian? Gak masuk di akal, " kata Anton.

Anton meminta para pemangku kepentingan melihat asal pengiriman garmen yang dijual di pasar daring tersebut. Menurutnya, mayoritas garmen tersebut dikirim dari luar negeri.

"Kalau orang konveksi di sini enggak berani jual Rp 39.000. Pakaian ini saja sudah banting harga, enggak ada yang beli," kata Anton.

Maka dari itu, Anton menyampaikan omzet tokonya kini anjlok hingga 90%. Sebagai gambaran, Anton mengatakan omzet tokonya sebelum pandemi dapat mencapai Rp 20 juta per hari, namun kini maksimal hanya Rp 2 juta per hari.

Banting Harga Demi Jualan Online

Senada, Pemilik toko gamis di Lantai dasar Pasar Tanah Abang, Surya, menilai penjualan produknya di TikTok tidak menguntungkan. Surya mengaku penjualan di TikTok sebatas strategi untuk meningkatkan kesadaran produknya di masyarakat.

Surya mengaku harus menurunkan harga penjualan produknya hingga 30% saat melakukan penjualan di TikTok. Menurutnya, TikTok tidak memberikan bantuan kepada tokonya lantaran total penonton saat dirinya melakukan siaran langsung di TikTok hanya 20 orang.

Oleh karena itu, Surya hanya melakukan siaran langsung di TikTok tiga kali seminggu dengan lama siaran 30 menit. Surya mendata toko lain dapat melakukan siarang langsung setiap hari dengan durasi hingga tiga jam.

Surya mencatat TikTok hanya memberikan bantuan kepada penjual dengan total penonton setidaknya 100 orang saat melakukan siaran langsung. Oleh karena itu, Surya mengatakan tokonya lebih bergantung pada penjualan luring dibandingkan penjualan daring untuk bertahan.

"Gamis seperti ini di TikTok hanya Rp 150.000. Orang di sana enggak peduli bahan, pedulinya model dan harga. Gamis ini kami jual di sini Rp 210.000," kata Surya.

Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...