Harga Makanan Minuman akan Naik Tahun Depan Imbas Mahalnya Harga Gula

Andi M. Arief
13 Oktober 2023, 07:25
harga makanan minuman, gapmmi, makanan, minuman, harga makanan, harga gula
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/Spt.
Calon pembeli memilih makanan di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Sabtu (22/7/2023). Gabungan Produsen Makanan dan Minuman (Gapmmi) memproyeksikan harga makanan dan minuman akan naik hingga 7% pada awal tahun depan.

Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia atau Gapmmi memperkirakan harga produk makanan minuman olahan  akan naik hingga 7% pada awal 2024 akibat harga gula mentah di pasar global. Harga gula merah global naik hingga 36,75% sepanjang tahun ini dari posisi US$ 19,38 menjadi US$ 26,51 per pon berdasarkan data Trading Economics.

"Perkiraan saya, harga jual untuk industri makanan dan minuman naik sekitar 3%-7%. Kalau naiknya terlalu tinggi biasanya akan berpengaruh pada penjualan," kata Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman kepada Katadata.co.id, Kamis (12/10).

Adhi menyampaikan, produk makanan dan minuman olahan atau mamin sangat sensitif kepada harga. Ini karena perubahan harga akan langsung berpengaruh pada penjualan.

Menurut Adhi, kenaikan harga tersebut perlu dilakukan lantaran harga gula mentah global diproyeksikan akan tetap tinggi hingga akhir 2023. Menurutnya, harga gula internasional akan berada di kisaran US$ 26 per pon hingga Us$ per pon.

Adhi menilai, peningkatan harga gula mengah tersebut membuat biaya produksi industri mamin kini naik. Adhi menekankan beban biaya produksi tersebut sangat dirasakan oleh pelaku usaha mikro dan kecil dibandingkan industriwan berskala menengah dan besar.

Menurut Adhi, industri menengah dan besar notabenenya dapat dilindungi oleh kontrak gula mentah jangka panjang. Selain itu, perusahaan mamin berskala besar umumnya memiliki stok gula yang besar. Namun, ia mendengar, pelaku usaha mikro dan kecil bidang mamin tidak memiliki stok dan daya tahan yang besar.  Kondisi tersebut yang akan membuat harga produk makanan minuman naik meski kemungkinan tak merata. 

"Tapi, saya dengar ada beberapa perusahaan mamin memilih tidak menaikkan harga karena daya beli konsumen lokal belum sepenuhnya pulih," ujar Adhi.

Adhi menilai, perusahaan mamin yang memilih tidak menaikkan harga umumnya berskala menengah dan besar. Dengan kata lain, sebagian perusahaan mamin memilih mengurangi margin daripada mengurangi harga jual.

Di sisi lain, ia menilai pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat tidak berdampak besar pada industri mamin nasional. "Karena sudah cukup lama nilai tukar rupiah di atas Rp 15.000," katanya.

Berdasarkan data Bank Indonesia, rupiah stabil berada di atas Rp 15.000 sejak akhir Juni 2023. Namun, rupiah  kini menemus Rp 15.700 per dolar AS pada pekan ini.

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...