Rerata Harga Gula Tembus Rp 17.400 per Kg, Mendag Ungkap Penyebabnya
Rata-rata harga gula secara nasional masih meningkat mencapai Rp 17.400 per kg pada hari ini, Kamis (5/12). Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, harga gula yang tinggi di dalam negeri disebabkan meningkatnya harga gula global dan langkah India menghentikan ekspor selama masa pemilu.
"Di India, ada pemilu bulan Mei 2024. Jadi semua produk-produknya termasuk beras, tidak boleh ekspor agar dalam negerinya tidak ada inflasi," ujar Zulkifli usai meninjau harga barang bahan pokok di Pasar Johar Baru, Jakarta, Senin (4/12).
India menjadi salah satu mengimpor gula terbesar di Indonesia. Oleh karena itu, berhentinya ekspor gula dari India secara tidak langsung mempengaruhi harga pasar.
Indonesia menjadi tujuan ekspor gula terbesar India, disusul Bangladesh, Malaysia, Sudan, Somalia dan Uni Emirat Arab. Zulkifli menyampaikan, impor gula Indonesia saat ini hanya bergantung pada Brazil. Hal ini menyebabkan biaya logistiknya menjadi mahal dan waktu distribusi lebih lama dibanding dengan India.
Badan Pangan Nasional menyebut bahwa realisasi impor gula konsumsi baru 26% dari total kuota tahun ini yang hampir 1 juta ton. Sementara data prognosa neraca pangan nasional per 20 Oktober 2023, realisasi impor gula konsumsi dari Januari-Agustus 2023 mencapai 290.801 ton.
"Kalau harga gula memang karena impor kan naik, bahkan di India itu dilarang (ekspor), gula dan beras dilarang. Ya itu akan berpengaruh, jadi kalau harga gula memang kita kan mendatangkan dari luar negeri," kata Zulkifli.
Harga gula terus merangkak naik menjelang akhir tahun ini. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, rata-rata harga gula Rp 100 menjadi Rp 17.400 per kg per Selasa (5/12). Harga gula naik Rp 900 dalam sebulan terakhir dan mencapai hampir Rp 3.000 sepanjang tahun ini.