Harga Pangan Naik, Pedagang Pasar: Karena Produksi Minim, Bukan Nataru
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyebut kenaikan harga pangan saat ini bukan karena periode Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 tapi masalah pada produksi.
Ketua Umum Ikappi Abdullah Mansuri menyebut harga telah melonjak 75% dibandingkan hari normal. "Volume produksinya minim sehingga harganya di pasar naik," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (7/12).
Beberapa komoditas yang naik adalah cabai rawit merah hingga menyentuh Rp 120 ribu per kilogram, ayam Rp 40 ribu per kilogram, dan bawang putih Rp 37 ribu per kilogram.
Biasanya permintaan pangan saat Nataru baru akan naik dua pekan lagi dan bertahan hingga awal 2024. Agar tidak semakin mahal, pemerintah harus mempercepat produksi pangan hingga akhir pekan depan. "Kami mohon pemerintah melakukan upaya sehingga di Nataru ini harga komoditas tidak terlalu tinggi kenaikannya," ucapnya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, secara siklus, harga pangan selalu naik menjelang akhir tahun. Penyebabnya, karena momen ini berada di antara periode dua panen.
Keduanya adalah panen kecil pada September dan panen raya yang biasanya dimulai pada Februari. "Stok tersedia lagi saat panen raya dimulai," kata dia.
Selain itu, permintaan pada akhir tahun secara siklus juga relatif lebih tinggi karena terdapat momentum Nataru. "Ini juga menambah daya dorong harga pangan," kata dia.
Di sisi lain, Faisal mencatat ada faktor tambahan yang juga menyebabkan harga pangan semakin mahal pada tahun ini, yakni musim kemarau panjang. Hal tersebut menyebabkan produksi pangan pada panen sebelumnya tak maksimal dan stok pangan lebih sedikit untuk mengantisipasi permintaan akhir tahun.
"Ini adalah faktor yang musiman dan sebenarnya harus sudah bisa diantisipasi. El Nino sebenarnya juga sudah diketahui jauh hari, pemerintah seharusnya bisa mengantisipasi," kata dia.