Hotel di Malang, Yogya, dan Bandung Paling Laris saat Libur Natal
Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI mencatat, tingkat hunian atau okupansi hotel secara nasional naik sejak 15 Desember 2023. Tingkat okupansi hotel yang tinggi terutama terjadi di beberapa kota besar di Jawa, seperti Bandung, Yogyakarta, dan Malang.
Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran mengatakan rata-rata nasional okupansi hotel pada 23-25 Desember mencapai di atas 50%. Adapun rata-rata nasional okupansi hotel beberapa hari sebelum musim liburan Natal 2023 adalah 48%.
"Okupansi selama liburan Natal 2023 di satu daerah bisa dikatakan sampai 90%. Kalau tingkat nasional, okupansi hotel mungkin antara 50% sampai 60%," kata Maulana kepada Katadata.co.id, Kamis (28/12).
Maulana menyinggung beberapa lokasi dengan tingkat okupansi hotel yang tinggi, seperti Kota Batu, Kota Malang, Kota Yogyakarta, dan Kota Bandung. Menurutnya, peningkatan okupansi pada Natal tahun ini sesuai dengan prediksi.
Ia pun berharap musim libur Tahun Baru 2024 dapat menambah masa okupansi tinggi hotel secara nasional. Maulana, menargetkan musim liburan Nataru 2023/2024 dapat membuahkan tingkat okupansi tinggi hingga sepekan.
"Harusnya setidaknya bisa mencapai enam hari. Kami tidak punya data lama tinggal para wisatawan, tapi yang kami ambil berapa hari okupansi tinggi terjadi," ujarnya.
Meski demikian, ia sebelumnya memperkirakan, industri perhotelan baru akan sepenuhnya pulih pada 2025. Walaupun okupansi telah tinggi, Maulana menjelaskan, kenaikan okupansi belum diikuti dengan perbaikan harga sewa kamar.
Tiket.com mendata rata-rata harga kamar hotel menunjukkan tren penurunan sebesar 19% pada 2021-2023. Rata-rata harga kamar pada Maret 2021 sekitar Rp 190.000 per malam, turun menjadi kurang dari Rp 160.000 per malam pada Maret 2023.
Meski demikian, Tiket.com mendata tingkat pemesanan dan lama tinggal pelanggan hotel naik signifikan. Per November 2023, pemesanan kamar naik 172% dibandingkan Januari 2021 dengna rata-rata lama tinggal 1,5 hari.
Maulana menjelaskan, peningkatan pemesanan maupun lama tinggal tersebut belum menopang pendapatan industri hotel. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh program kegiatan pemerintah yang masih terpusat di beberapa daerah, seperti Kalimantan Timur dan Pulau Jawa.
"Saya yakin tutup tahun rata-rata okupansi hotel bisa mencapai 52%. Namun, pendapatan industri hotel masih turun sekitar 20% sampai 25% saat ini," kata Maulana kepada Katadata.co.id, Senin (18/12).