Harga Minyak Goreng Naik, Pengusaha Beberkan Penyebabnya

Andi M. Arief
30 Januari 2024, 16:30
Seorang warga membeli goreng minyak subsidi di Pasar Kosambi, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/1/2023). Pedagang menyatakan, akibat langkanya minyak subsidi yakni Minyakita di pasaran, harga minyak kemasan nonsubsidi mengalami kenaikan dari Rp30 ribu menjad
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.
Seorang warga membeli goreng minyak subsidi di Pasar Kosambi, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/1/2023). Pedagang menyatakan, akibat langkanya minyak subsidi yakni Minyakita di pasaran, harga minyak kemasan nonsubsidi mengalami kenaikan dari Rp30 ribu menjadi Rp35 ribu per kemasan dua liter di beberapa pasar tradisional di Kota Bandung.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia atau Gimni menyebut, kenaikan harga minyak goreng curah disebabkan oleh naiknya harga minyak sawit mentah atau CPO. Adapun kenaikan harga CPO didorong oleh bencana banjir di beberapa wilayah produksi tandan buah segar atau TBS.

Ketua Umum Gimni Sahat Sinaga menjelaskan, banjir membuat akses dari perkebunan ke Pabrik Kelapa Sawit atau PKS terganggu. Namun, akses dari PKS ke pabrik pengolahan CPO masih berjalan lancar.

"Karena banjir dari daerah perkebunan ke PKS, TBS tidak bisa didistribusikan. Akibatnya, stok CPO nasional sekarang di bawah 2 juta ton," kata Sahat kepada Katadata.co.id, Selasa (30/1)

Badan Pangan Nasional mendata, harga minyak goreng curah konsisten tumbuh sepanjang Januari 2024, sedangkan harga minyak goreng kemasan sederhana mulai tumbuh mulai pekan lalu, Selasa (23/1). Rata-rata nasional harga minyak goreng curah mencapai Rp 15.130 per liter, sementara harga minyak goreng kemasan sederhana adalah Rp 17.600 per liter hari ini, Selasa (30/1).

Sahat menduga kenaikan harga minyak goreng curah pada bulan ini semula disebabkan oleh permainan pedagang di pasar. Kondisi tersebut kini diperburuk dengan minimnya pasokan CPO yang menjadi bahan baku minyak goreng.

Ia mengatakan, harga minyak goreng akan terus tumbuh hingga Februari 2024. Kondisi banjir tersebut mendorong harga CPO dari Rp 11.200 per kilogram pada Desember 2023 menjadi Rp 12.000 pada bulan ini.

Sahat pun mencatat cuaca di daerah produsen TBS yang terkena banjir baru akan membaik pada Maret 2024. Daerah yang dimaksud adalah Jambi, Riau, Sumatra Utara bagian selatan, dan sebagian Pontianak.

Ia menilai, menipisnya pasokan CPO karena cuaca ekstrem juga terjadi pada awal 2023. Oleh karena itu, Sahat mengimbau pemangku kepentingan untuk tidak panik dengan kondisi saat ini.

"Coba lihat harga CPO pada kuartal pertama 2023, naiknya besar juga itu sampai sekitar Rp 12.000 per kg. Jadi, ini fenomena biasa saja, tidak perlu panik," ujarnya.

Analis minyak nabati global sebelumnya memperkirakan, harga minyak sawit mentah atau CPO bisa menebus US$ 1.000 per ton atau sekitar Rp 15.000 per kilogram pada 2024. Namun, El Nino akan menjadi faktor penentu berapa lama harga CPO akan bertahan di atas US$ 1.000 per ton.

Oil World menyatakan harga CPO setidaknya akan naik US$ 100 per ton dari harga CPO saat ini hingga kuartal kedua 2024. Oleh karena itu, harga CPO dinilai dapat menembus harga US$ 1.000 per ton pada paruh pertama tahun depan.

"Harga CPO bahkan bisa naik lebih dari US$ 200 per ton dalam enam bulan ke depan. Proyeksi fundamental adalah defisit produksi, dan ini akan meningkatkan pembelian oleh konsumen," kata CEO Oil World Thomas Mielke dalam Indonesia Palm Oil Conference 2023, Jumat (3/11).

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...