RI Berencana Kembangkan LFP Bersamaan dengan Baterai Berbasis Nikel

Mela Syaharani
1 Februari 2024, 20:48
baterai kendaraan listrik, nikel, lfp,
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/tom.
Pemilik mobil mengisi ulang baterai kendaraan listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di halaman Kantor PLN Unit Pelaksanaan Pelayanan Pelanggan (UP3) Malang, Jawa Timur, Selasa (11/7/2023).
Button AI Summarize

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan bahwa pemerintah juga mengembangkan baterai kendaraan listrik berjenis LFP atau lithium ferrophospate (LFP) bersamaan dengan baterai berbasis nikel.

Luhut menjawab pernyataan Thomas Lembong terkait harga nikel yang terus turun. Menurut dia, harga yang terlalu tinggi tidak akan baik untuk Indonesia karena akan memicu dikembangkannya teknologi baterai yang tidak menggunakan nikel.

Luhut mengatakan bahwa pemerintah belajar dari melonjaknya harga cobalt beberapa tahun lalu yang memicu perkembangan baterai LFP. Cobalt merupakan salah satu bahan baku baterai berbasis nikel NMC (nickel-manganese-cobalt).

Oleh karena itu, Luhut memastikan bahwa pemerintah berusaha mencari keseimbangan agar harga nikel tidak terlalu tinggi sehingga dunia mencari teknologi baterai alternatif yang tidak menggunakan nikel. Di saat yang sama pemerintah juga akan mengembangkan baterai LFP.

"Kita mencari keseimbangan benar-benar supaya barang kita tetap masih dibutuhkan sampai berapa belas tahun yang akan datang. Kita bersyukur LFP kita kembangkan dengan Cina, dan baterai berbasis nikel juga dengan Cina dan negara lainnya," kata Luhut dalam video di akun instagramnya @luhut.pandjaitan dikutip Kamis (1/2).

Luhut juga membantah bahwa pabrik Tesla di Shanghai, Cina, 100% menggunakan LFP. "Mereka masih tetap menggunakan nickel based battery yang disuplai LG Korea Selatan. Memang ada yang mulai LFP karena penelitiannya yang semakin berkembang," ujarnya.

Namun dia mengakui bahwa ada kemungkinan penggunaan nikel pada akhirnya akan berkurang. Oleh karena itu pemerintah juga menggenjot pemanfaatannya secara terukur.

Peluang RI Kembangkan Baterai LFP

Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menilai rencana ini merupakan keputusan yang baik. Penilaian tepat menurut Fahmy sebab Indonesia belum memiliki teknologi untuk mengembangkan LFP, sehingga diperlukan kerja sama dengan pihak lain.

“Indonesia akan mengembangkan LFP bersama Cina, saya kira ini tepat karena Indonesia harus melakukan suatu inovasi. Baik untuk menghasilkan bahan bakunya atau kemudian nanti menghasilkan baterai LFP. Saat ini yang punya teknologi barangkali costnya relatif rendah ya Cina” ujarnya kepada Katadata pada Kamis (1/2).

Terlebih fahmy mengatakan kepiawaian Cina dalam mengelola LFP sampai dilirik oleh perusahaan kendaraan listrik kenamaan dunia. “Tesla itu sebagian kendaraannya menggunakan LFP dan bekerja sama dengan Cina. Jadi kalau Indonesia mau mengembangkan LFP saya kira nggak masalah,” ucapnya.

Fahmy memproyeksi bahwa dalam 10-15 tahun ke depan kebutuhan kendaraan listrik akan semakin meningkat. Para pengguna mobil berbahan bakar fosil akan beralih menggunakan mobil listrik.

Halaman:
Reporter: Mela Syaharani
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...