Lonjakan Harga Beras Saat Ini Pernah Terjadi Jelang Pemilu 2014
Harga beras terus menanjak pada awal tahun ini, melanjutkan lonjakan harga yang terjadi pada tahun lalu. Vice Chancellor Insan Cita Indonesia University Lely Pelitasari Soebekty mengatakan tingginya harga beras pada awal tahun ini sebenarnya pernah terjadi jelang Pemilu 2014.
"Apa yang terjadi pada harga beras pada awal tahun ini, sebenarnya pernah terjadi pada awal 2014, saat itu menjelang Pemilu periode terakhir Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono)," ujar Lely saat berbicara di IDE 2024 sesi Tasting the Future: Driving Sustainable Food Security di Jakarta, Selasa (5/3).
Lely mengaku memahami kondisi saat itu karena tengah menjabat sebagai Kepala Divisi Penyalur Bulog pada periode tersebut. Menurut dia, kondisi stok beras saat itu juga dalam kondisi defisit.
Berdasarkan data yang dihimpun Katadata.co.id, tren harga beras memang meningkat sejak Agustus 2013 hingga Februari 2014. Rata-rata harga beras medium naik dari Rp 7.524 per kg menjadi Rp 8.129 per kg.
Stok beras yang tipis pada awal tahun, menurut dia, adalah hal normal. Pengadaan di Bulog masih rendah karena dinmulai pada Februari. Penyaluran program beras miskin atau raskin juga bari dilakukan pada tengah bulan.
"Tapi karena ketika itu akan ada Survei Sosial Ekonomi Nasional, yang dilakukan adalah menggelontorkan raskin (beras miskin) lebih dulu sehingga dua bulan awal itu pasar tidak goyang karena masyarakat penerimaa manfaat tidak ke pasar," kata dia.
Ia menilai, ada dua hal yang menyebabkan keributan pada masalah beras saat ini, yakni apakah kebijakan terintegrasi dengan baik atau tidak dan bagaimana dengan tata kelolanya. "Kenapa ribut? Karena mungkin disalurkan dengan cara yang dianggap kurang patut. Dulu tidak perlu pemimpin nasional turun, sudah selesai di lapangan," ujarnya.
Ia pun menilai pemerintah perlu mereview persoalan kebijakan beras maupun komoditas lainnya scara utuh. Dengan demikian, masalah serupa tak kembali terjadi.
Bapanas: Kondisi Beras Saat Ini Lebih Baik
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi meyakinkan kondisi keamanan pangan tahun ini lebih baik dari 2014. Tahun 2024 dan 2014 memiliki kesamaan, yakni tahun politik perpindahan rezim pemerintahan.
Arief mengakui produksi beras lebih rendah dari konsumsi nasional sejak Juli 2023 hingga Februari 2024. Meski demikian, ketersediaan beras di pasar masih cukup dan Nilai Tukar Petani konsisten berada di atas 100%.
"Harus diakui, ketahanan pangan kita lebih siap dibandingkan 2014. Sebab, saya menjamin ketersediaan beras sebagai makanan pokok harus ada," kata Arief dalam forum yang sama.
Berdasarkan data Bapanas, neraca produksi beras nasional sepanjang 2023 hanya 270.000 ton. Angka tersebut anjlok hampir 80% dari capaian tahun sebelumnya sejumlah 1,34 juta ton. Walau demikian, stok beras di dalam negeri pada akhir tahun lalu naik 3,34 juta ton secara tahunan menjadi 7,4 juta ton.
Arief mengakui defisit neraca produksi selama delapan bulan berturut-turut membuat harga Gabah Kering Panen di tingkat petani naik menjadi hingga Rp 9.000 per kg pada Februari 2024. Hal ini membuat harga beras pada bulan lalu mencapai Rp 18.000 sampai Rp 19.000 per kg.
Ia menilai, kenaikan harga GKP selama delapan bulan terakhir membuat petani sejahtera. Di sisi lain, Arief mengakui tingginya harga beras di pasar tidak membuat konsumen senang.
"Di hilir atau konsumen memang mau harga beras kembali ke Rp 12.000 per kg, maka harga GKP tingkat petani tidak jauh dari Rp 6.000 per kg. Jangan sampai hanya petani yang senang," katanya.
Meski demikian, Lely mengakui Cadangan Beras Pemerintah pada 2014 dan tahun ini terbilang cukup. Berdasarkan data Bulog, Cadangan Beras Pemerintah per 1 Maret 2024 mencapai 1,24 juta ton.
Selain itu, Lely menilai harga beras saat ini berhasil ditekan dengan menggelontorkan beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan atau SPHP. Beras SPHP adalah beras yang disubsidi pemerintah agar bisa dijual sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi atau HET.
HET beras premium adalah Rp 13.900 sampai Rp 14.800 per kilogram, tergantung pada daerah. Sementara itu HET beras medium dipatok Rp 10.900 sampai 11.800 per kg tergantung daerah.
"Dari segi momentum, penggelontoran beras SPHP agak krusial karena menjelang tahun politik. Kondisi beras pada 2014 memberi pelajaran," katanya.
Bulog berencana untuk memperbesar target penyaluran beras SPHP bulan ini atau hingga 250.000 ton. Total penyaluran beras SPHP sepanjang Februari 2024 mencapai 212.711 ton atau naik 2,13 kali secara bulanan.
Total beras SPHP yang telah disalurkan mencapai 382.932 ton sepanjang tahun ini hingga akhir pekan lalu, Sabtu (2/3). Mayoritas atau 50,2% dari beras SPHP tersebut disalurkan ke pengecer, sedangkan 45,4% disalurkan melalui distributor ritel modern.