Bos Pupuk Indonesia Cemas Kondisi Beras Lebih Tak Aman Tahun Depan
PT Pupuk Indonesia melihat kondisi pasokan beras pada tahun ini akan aman ditopang pasokan beras dari panen raya yang berlangsung mulai bulan ini. Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi justru mencemaskan situasi beras pada tahun depan.
Rahmad menjelakan, pihaknya dapat mengetahui proyeksi produksi beras berdasarkan waktu pemupukan. Ia mengaku tak khawatir dengan pasokan tahun ini karena panen raya akan terjadi pada Maret hingga Mei.
"Saya justru tidak bisa tidur memikirkan setelah 2024 karena kebijakan harga gas bumi tertentu akan berakhir dan apakah akan diteruskan," ujar Rahmad saat berbicara di IDE 2024 dalam sesi "Tasting the Future: Driving Sustainable Food Security" di Jakarta, Selasa (5/3).
Ia menjelaskan, pupuk menjadi salah satu faktor dalam produksi padi. Sementara gas adalah salah satu bahan baku utama pupuk. Sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 15 Tahun 2022, industri pupuk termasuk salah satu yang menikmati harga gas murah sebesar US$ 6 per MMBTU. Namun, kebijakan tersebut akan berakhir tahun ini.
Menurut Rahmad, jika kebijakan HGBT tak dilanjutkan, harga pupuk berpotensi naik tajam dan mempengaruhi harga pangan, termasuk beras. Ia bahkan khawatir petani akan berhenti bertani jika harga pupuk melonjak karena kenaikan harga gas.
Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menjelaskan produksi panen raya pada tahun ini tak akan sebaik pada tahun lalu. Namun demikian, pemerintah memiliki cadangan komitmen impor beras mencapai 4,1 juta ton, termasuk kuota impor sebanyak 500 ribu ton yang dialihkan dari tahun lalu.
Berdasarkan data BPS, rencana impor beras sebanyak 4,1 juta ton merupakan yang tertinggi sejak tahun 2000. Impor beras tertinggi sebelumnya tercatat pada tahun lalu yang menembus 3,06 juta ton.
Meski demikian, Arief mengaku, tak seluruh kuota impor akan direalisasikan. Realisasi impor akan bergantung pada produksi beras dan kebutuhan domestik.
"Kuota impor kan tidak harus direalisasikan seluruhnya dan tidak semudah itu. Kami akan impor sedikit-sedikit, misalnya 500 ribu ton sesuai kebutuhan." kata dia.
BPS mencatat, produksi beras nasional pada 2023 turun 440 ribu ton dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 31,10 juta ton. Kondisi ini diperkirakan juga akan terjadi pada Januari sampai April 2024.
Menurut perkiraan BPS, produksi beras pada periode Januari-April tahun ini hanya mencapai 10,71 juta ton. Angka ini anjlok 17,52% atau 2,28 juta ton dibandingkan periode yang sama 2023.
Kondisi stok beras yang menipis pada awal tahun ini menyebabkan rata-rata harga beras di tingkat penggilingan, grosir, dan ecaran konsisten naik sejak pertengahan tahun lalu hingga Februari 2024. Rata-rata harga beras pada bulan lalu bahkan mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Rata-rata harga beras di tingkat eceran pada Februari 2024 mencapai Rp 15.157 per kg, naik 5,28% secara bulanan atau melonjak 19,28% secara tahunan.
Meski demikian, Arief memperkirakan harga beras akan terus menurun seiring panen raya yang mulai terjadi. Namun demikian, menurut dia, pemerintah akan menjaga harga gabah agar tak terlalu merugikan petani.