Mentan: Produksi Beras Kembali Defisit Akibat Musim Kering dan El Nino
Menteri Pertanian Amran Sulaiman memperkirakan produksi beras bulan ini akan defisit atau lebih rendah dari konsumsi bulanan sebanyak 2,57 juta ton. Hal ini terjadi karena musim kering yang lebih cepat.
Musim kering menjadi tantangan setiap tahun karena 60% produksi beras nasional terjadi pada Maret-Juni 2024. Kondisinya tahun ini akan diperburuk dengan datangnya El Nino pada Juli nanti.
"Jadi tekanan ke produksi beras luar biasa. Ini fenomena yang tidak pernah kami temukan," kata Amran di kantornya, Jakarta, Jumat (7/6).
Pada 2023, El Nino membuat neraca produksi beras konsisten defisit selama delapan bulan berturut-turut sejak Juli. Defisit pada Januari hingga Februari 2024 tercatat mencapai 2,92 juta ton.
Amran berharap fenomena cuaca panas dan kering tersebut tidak berlanjut hingga Agustus 2024 atau saat masa produksi panen gadu. Perkiraannya, El Nino tahun ini akan membuat produksi beras nasional lebih rendah hingga 4 juta ton dari kebutuhan.
Pemerintah menerapkan strategi pompanisasi untuk mengatasi dampak tersebut. Cara ini menjadi cara efektif dan cepat untuk melawan kekeringan, ketimbang ekstensifikasi yang memakan waktu tiga tahun.
Pompanisasi adalah kegiatan mengairi lahan sawah menggunakan air yang dipompa dari sungai. Presiden Joko Widodo telah menyetujui dana pembelian pompa sebesar Rp 5,8 triliun.
Amran mengatakan El Nino tahun ini juga berdampak pada negara produsen beras lainnya. Vietnam memperkirakan surplus produksi beras akan susut dari 8 juta ton per tahun menjadi 300 ribu ton.
Lalu, produksi beras di Thailand akan susut 2 juta ton. Terakhir, Cina memprediksi akan kekurangan beras hingga 2,8 juta ton per hari pada 2024. "Kita harus memitigasi risiko pangan karena krisis ini ada di depan mata saat ini," ujar Amran.