Sritex Dorong Pemerintah Terapkan Hambatan untuk Tekstil asal Cina
PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex mendorong pemerintah menerbitkan kebijakan untuk menghambat produk tekstil impor asal Cina. Penerapan hambatan ini bertujuan untuk membuat level playing field yang sama.
Daya saing tekstil dari Negeri Panda saat ini lebih tinggi karena banyak masuk dari jalur tidak resmi dan tidak membayar pajak apapun. Dampaknya, industri dalam negeri menjadi babak belur.
"Kami mengharapkan pemerintah bisa menetapkan barrier (hambatan) tarif maupun non-tarif untuk produk-produk tekstil asal Cina," kata Welly dalam paparan publik, Selasa (25/6).
Daya saing tekstil asal Cina bahkan lebih tinggi dari Sritex. Sebab, perusahaan membayar beberapa jenis pajak, seperti pajak pertambahan nilai, pajak penghasilan badan, dan pajak penghasilan karyawan.
Di sisi lain, biaya produksi pabrik tekstil lokal sudah cukup rendah. Biaya tenaga kerja Sritex termasuk rendah karena berada di Jawa Tengah. Hanya satu negara yang mampu menyaingin biaya tenaga kerja di provinsi tersebut, yaitu Bangladesh.
Welly mengtakan, pemerintah dapat mencontoh perlindungan pasar lokal dari produk luar yang dilakukan Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa. Harga tekstil asal Cina sangat kompetitif dibandingkan dengan produk besutan Negeri Paman Sam.
Pada saat yang sama, produk Cina saat ini dinilai kesulitan untuk menembus pasar Eropa. Perlindungan pasarnya membuat sektor manufaktur Indonesia pun kesulitan untuk melakukan ekspor ke Benua Biru. "Jadi, mereka main aturan untuk melindungi pasarnya," ucap Welly.