Pengusaha Butuh Insentif Kredit untuk Bangun Mal di IKN

Andi M. Arief
30 Juli 2024, 17:55
IKN, mal, OIKN
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/tom.
Ilustrasi. OIKN memproyeksi, populasi di IKN baru mencapai 1,7 juta sampai 1,9 juta orang pada 2045.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia atau APPBI menyatakan pendirian mal di Ibu Kota Nusantara harus dibarengi dengan insentif tambahan. Ini karena populasi IKN dalam beberapa tahun ke depan masih rendah.

Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja mengatakan, pendirian mal akan berbanding lurus dengan jumlah populasi. Oleh karena itu, perlu insentif tambahan berupa pendanaan murah dan mudah agar mal dapat berdiri di IKN.

"Populasi di IKN masih belum banyak, sehingga dibutuhkan permodalan yang sifatnya ringan agar membantu pengelola mal yang harus menanggung beban yang cukup berat di IKN," kata Alphonzus di Kementerian Perdagangan, Selasa (30/7).

Otorita IKN telah memberikan dua insentif kepada investor pelopor di IKN, yakni hak atas tanah dengan periode panjang dan pajak yang ringan. Menurutnya, pemerintah harus menambah insentif kredit berupa keringanan jangka tenor kredit atau grace period.

OIKN memproyeksi, populasi di IKN baru mencapai 1,7 juta sampai 1,9 juta orang pada 2045. Angka tersebut dinilai telah sesuai dengan kapasitas tampung IKN Nusantara saat itu.

Alphonzus menekankan pendirian mal berbeda dengan pembangunan kantor. Sebab, minimnya populasi akan membuat jumlah kunjungan mal kecil yang akhirnya membuat nilai transaksi di mal minim.

Cushman & Wakefield Indonesia atau CWI sebelumnya menemukan perubahan tren pembangunan mal, yakni ukurannya lebih kecil dan mengedepankan konsep aktivitas sosial. Tren tersebut dimulai di DKI Jakarta dan diperkirakan menyebar ke daerah lainnya.

Setidaknya terdapat empat mal dengan luas kurang dari 20.000 meter persegi yang akan mulai dibuka tahun depan. Pusat perbelanjaan dengan luas terkecil adalah Antasari Place-Cornerstone di Jakarta Selatan seluas 5.000 meter persegi.

"Tren ini akan berkembang di Jabodetabek maupun daerah-daerah lainnya, yakni pusat perbelanjaan yang lebih kecil. Konsepnya juga lebih fokus pada aktivitas tertentu," kata Managing Director CWI Lini Djafar dalam konferensi pers virtual, Kamis (25/7).

Oleh karena itu, Lini meramalkan penyewa mal pun akan didominasi oleh restoran maupun toko makanan dan minuman. Luas ruang yang disewa dalam mal pun akan jauh di bawah 5.000 meter persegi atau maksimum 2.000 meter persegi.

Lini menilai perubahan tren disebabkan oleh lokasi pengembangan mal baru yang lebih mengedepankan kegiatan sosial. CWI mendata mayoritas mal yang berdiri pada tahun ini berada di kota mandiri dengan pertumbuhan populasi yang tinggi, seperti Sentul City dan Summarecon Bekasi.

Berikut empat mal dengan ukuran kecil yang akan dibuka hingga 2025:

  1. Antasari Place-Cornerstone (Jakarta Selatan): 5.000 meter persegi
  2. Annajon, The Sima Retail (Jakarta Selatan: 16.000 meter persegi
  3. Hampton Square (Tangerang): 15.500 meter persegi
  4. Markt Lane Sentul (Bogor): 10.400 meter persegi

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...