Wall Street Menghijau Terangkat Kabar Baik dari Data Inflasi AS
Indeks bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street naik pada perdagangan hari Rabu (14/8) setelah rilis data inflasi AS memberikan kabar positif.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 242 poin atau 0,61% dan ditutup di level 40.008,39. S&P 500 juga terangkat 0,38% menjadi 5.455,21. Sementara itu, Nasdaq Composite berhasil pulih dari kerugian sebelumnya dan ditutup sedikit lebih tinggi dengan kenaikan 0,03% pada 17.192,60
Indeks bursa AS yang menghijau usai laporan Biro Statistik Tenaga Kerja menunkkan Consumer Price Index (CPI) atau indeks harga konsumen naik 2,9% dari tahun ke tahun, turun dari 3% pada bulan Juni. Ini merupakan angka terendah sejak Maret 2021. Sedangkan dari bulan ke bulan, harga konsumen naik sebesar 0,2%.
Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones juga memperkirakan kenaikan bulanan 0,2% dan kenaikan tahunan 3%.
Sementara itu, inflasi inti, yang tidak memasukkan harga makanan dan energi, juga naik 0,2% dalam sebulan, sesuai dengan perkiraan. Laporan ini dirilis sehari setelah angka inflasi grosir lebih rendah dari perkiraan hingga mendorong saham naik. Dow meningkat sekitar 1%, S&P 500 naik 1,7%, dan Nasdaq naik 2,4%.
Investor menantikan data CPI ini untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang kondisi ekonomi. Kondisi ini memperkuat harapan akan penurunan suku bunga pada pertemuan bank sentral di bulan September.
Direktur Pelaksana Perdagangan dan Investasi di E-Trade dari Morgan Stanley, Chris Larkin mengatakan bahwa data CPI hari ini tidak seheboh Indeks Harga Produsen atau Producer Price Index (PPI) kemarin. Hasil yang sesuai dengan ekspektasi kemungkinan besar tidak mengguncang pasar.
"Pertanyaan utama sekarang adalah apakah The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 atau 50 basis poin bulan depan," kata Larkin, dikutip dari CNBC pada Kamis (15/8).
Menurut CME FedWatch Tool, harga pasar berjangka saat ini terbagi hampir merata antara ekspektasi penurunan suku bunga seperempat atau setengah poin persentase pada pertemuan bank sentral yang dijadwalkan pada 17-18 September. Chris Larkin menjelaskan bahwa para trader juga memperkirakan adanya perubahan basis poin lebih lanjut pada akhir tahun.
"Jika sebagian besar data selama lima minggu ke depan menunjukkan perlambatan ekonomi, The Fed mungkin akan memangkas suku bunga lebih agresif," tambah Larkin.
Pergerakan bursa saham AS diwarnai lonjaka pada saham Kellanova lebih dari 7,8%. Saham perusahaan melonjak setelah berita bahwa perusahaan ini akan diakuisisi oleh produsen makanan ringan Mars senilai US$ 36 miliar. Sementara itu, saham Alphabet, perusahaan induk Google, turun 2,3% setelah muncul berita bahwa Departemen Kehakiman AS tengah mempertimbangkan langkah untuk memecah raksasa teknologi tersebut.
Ketiga indeks utama pasar saham ini sudah kembali berada di atas level penutupan 2 Agustus, sesi sebelum terjadinya aksi jual besar-besaran pada 5 Agustus, Pulihnya bursa saham AS dipicu oleh meredanya carry trade yen dan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global.
Kepala Strategi Investasi dan Portofolio di BlackRock, Gargi Chaudhuri optimistis pasar telah bereaksi berlebihan terhadap beberapa data yang lemah meskipun risiko pertumbuhan ekonomi telah meningkat. “Ini bukanlah perubahan drastis pada prospek makro,” kata Chaudhuri.