Kemenperin: Ketergantungan Impor Bahan Baku Obat Turun Jadi 80% di Era Prabowo

Andi M. Arief
30 September 2024, 18:02
bahan baku, obat,
ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prak
Pekerja melintasi obat-obatan yang dijual di Pasar Pramuka, Jakarta, Selasa (7/5/2024). Pemerintah mendorong subtitusi impor produk farmasi dengan cara memproduksi obat berbahan baku alami hingga produksi alat kesehatan dan obat-obatan dalam negeri.
Button AI Summarize


Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menargetkan ketergantungan impor bahan baku obat turun menjadi 80% pada pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Pemerintah mencatat, ketergantungan bahan baku obat impor turun dari 95% menjadi 90% selama pemerintahan kedua Presiden Joko Widodo.

Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Emmy Suryandari mengaku sedang menggodok insentif fiskal untuk memacu pertumbuhan manufaktur bahan baku obat di dalam negeri. Insentif yang dimaksud adalah pengurangan Pajak Pertambahan Nilai bagi industri bahan baku obat lokal.

"Harga bahan baku obat lokal dapat kompetitif jika dibandingkan dengan bahan baku impor. Kami sedang mengusulkan insentif fiskal tersebut," kata Emmy di Kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan, Senin (20/9).

Emmy menjelaskan, tingginya ketergantungan bahan baku obat terhadap impor disebabkan belum sempurnanya pembentukan industri bahan baku obat nasional. Karena itu, langkah pertama yang akan dilakukan pemerintah adalah menghubungkan pabrikan bahan baku obat alami dengan industri farmasi.

Ia mengakui penurunan ketergantungan bahan baku obat secara signifikan hanya bisa dilakukan dengan pengembangan bahan baku obat berbasis kimia. Salah satu investasi yang disoroti Emmy adalah antara PT Kimia Farma Tbk dan PT Pertamina untuk memproduksi paracetamol.

Berdasarkan data Kemenperin, investasi antara Kimia Farma dan Pertamina seharusnya terealisasi pada tahun ini, tetapi belum juga terealisasi. Pertamina nantinya memasok salah satu jenis aromatik hasil pengolahan Naphta, yakni benzene untuk diolah Kimia Farma menjadi paracetamol.

"Masih ada sesuai yang harus ditindaklanjuti dalam rencana investasi itu," katanya.

Ia mengatakan, penurunan kontribusi bahan baku impor menjadi 80% kemungkinan baru terjadi setelah 2026. Untuk waktu dekat, Emmy berencana masih memaksimalkan penggunaan bahan baku obat berbasis biologis.

Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin Reni Yanita mengatakan, rendahnya realisasi penurunan ketergantungan impor bahan baku disebabkan oleh pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 membuat roda perekonomian nasional tersendat pada 2020-2021.

"Kemarin sempat dua tahun pandemi Covid-19, tapi untuk bahan baku tertentu industri obat nasional malah mandiri," kata Reni. Reni mencatat, terdapat 23 industri yang saat ini memproduksi bahan baku obat di dalam negeri.

Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Lucia Rizka Andalucia menilai, waktu menjadi tantangan kemandirian bahan baku obat nasional. Ini karena industri obat membutuhkan waktu untuk mengubah formula obat yang disesuaikan dengan bahan baku lokal.

Penyesuaian formula tersebut membutuhkan waktu karena perlu menunggu hasil dari riset farmasi. Rizka menyampaikan pemerintah telah mengalokasikan biaya riset tersebut untuk mempercepat penyerapan bahan baku obat lokal.

"Jadi, industri obat tidak bisa semerta-merta langsung menggunakan bahan baku lokal karena butuh waktu dan butuh biaya," katanya.

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...