Pengusaha Waswas Kemenangan Trump Tambah Beban Usaha Tahun Depan
Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo menyatakan kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Amerika Serikat 2024 berpotensi menambah beban bagi pengusaha di Indonesia. Kemenangan Trump, antara lain dapat menyebabkan pelemahan rupiah.
Ketua Bidang Ketenagakerjaan Apindo Bob Azam khawatir kemenangan Trump memicu perpindahan modal menuju Negeri Paman Sam, yang dapat menyebabkan pelemahan rupiah.
"Pasar domestik membutuhkan investasi untuk menjaga neraca transaksi berjalan," kata Bob di Jakarta Selatan, Kamis (7/11).
Bank Indonesia melaporkan Neraca transaksi berjalan pada kuartal kedua tahun ini defisit 0,9% dari perekonomian nasional atau US$ 3 miliar. Meski cukup besar, capaian ini membaik dibandingkan kuartal pertama yang mencapai 0,7% atau US$ 2,4 miliar.
Defisit transaksi berjalan yang besar harus ditutup oleh surplus pada neraca modal dan finansial, yang terutama dipengaruhi oleh investasi di pasar surat berharga.
Bank Indonesia menargetkan defisit neraca transaksi berjalan sepanjang tahun ini tidak lebih dari 2%. Karena itu, Bob memperkirakan bank sentral akan menaikkan suku bunga acuan untuk mencegah adanya pergerakan modal ke Amerika Serikat.
"Kenaikan suku bunga acuan pasti akan memberatkan beban dunia usaha. Pengusaha akan tambah teler lagi tahun depan," katanya.
Ekonom Center of Reform on Economics Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menilai Indonesia akan merasakan dampak langsung dari kemenangan Trump, yakni volatilitas nilai tukar rupiah akibat ketidakpastian pasar global. Kebijakan Trump saat memimpin Amerika nanti juga dikhawatirkan memicu perlambatan ekonomi global.
Trump menerapkan kebijakan proteksionisme yang agresif, seperti penerapan tarif impor tinggi ke Cina."Hal ini akan kembali memberikan dampak yang kompleks bagi perekonomian Indonesia," ujar Yusuf.
Yusuf khawatir kebijakan ini dapat memicu perang dagang yang lebih luas. Hal ini pada akhirnya mengganggu rantai pasok global dan menurunkan pertumbuhan ekonomi dunia.
Dari sisi kebijakan moneter, Trump juga berpotensi mendorong suku bunga rendah melalui tekanan pada Federal Reserve yang dapat menciptakan volatilitas tinggi di pasar valuta asing.
"Bank Indonesia mungkin harus melakukan intervensi yang lebih agresif untuk menjaga stabilitas rupiah," kata Yusuf.