Tanggul Sungai Bekasi dan Normalisasi Ciliwung Dirampungkan untuk Atasi Banjir


Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo menyatakan bahwa salah satu penyebab banjir di Bekasi dan Jakarta Timur karena belum rampungnya proyek tanggul di dua kawasan tersebut. Proyek tersebut meliputi pembangunan tanggul di Sungai Bekasi dan normalisasi Sungai Ciliwung.
"Jika normalisasi Sungai Ciliwung selesai, Jakarta Timur tidak akan banjir lagi. Namun, kondisi ini diperparah dengan curah hujan yang terlalu tinggi," ujar Dody dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (7/3).
Saat ini, pembangunan tanggul di Sungai Bekasi baru mencapai 13,8 kilometer dari target 33 kilometer. Sementara itu, proyek normalisasi Sungai Ciliwung masih terus dikerjakan.
Dody menekankan pentingnya kerja sama pemerintah daerah dalam penyelesaian proyek ini, karena mereka bertanggung jawab dalam penyediaan lahan.
"Saya telah menginstruksikan tim untuk berkoordinasi dengan Bupati Bekasi, Sekretaris Daerah Jakarta, dan Gubernur Jakarta guna mempercepat pembebasan lahan. Jika ini tidak bergerak, saya yang akan turun tangan," ujarnya.
Curah Hujan Ekstrem
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Lilik Retno Cahyadiningsih menambahkan bahwa curah hujan ekstrem terjadi saat lebih dari 150 milimeter per hari. Akhir pekan lalu, curah hujan tercatat mencapai 356 milimeter per hari.
"Bendungan Ciawi sudah mampu menahan air sebanyak dua juta meter kubik, namun banjir masih terjadi karena hujan di hilir sangat ekstrem," kata Lilik.
Sebagai langkah jangka menengah, Kementerian Pekerjaan Umum berencana melakukan pengerukan sedimentasi di Bendung Bekasi. Namun, Lilik menekankan bahwa upaya ini harus didukung oleh kesiapan lahan dari Pemerintah Kabupaten Bekasi.
"Kami menemukan saluran air di hilir terkendala oleh permukiman yang berada di badan sungai, bahkan di tengah sungai. Ini berbahaya karena mengurangi efisiensi daerah resapan," katanya.
Untuk jangka panjang, pemerintah berencana membangun kolam retensi guna mengurangi risiko banjir di Bekasi. Namun, Lilik mengakui bahwa rencana ini masih dalam tahap perencanaan dan belum masuk dalam diskusi pendanaan.
"Kami akan terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mencari solusi terbaik dalam menangani banjir di kawasan ini," ujarnya.