Mentan Amran Duga Ada Permainan Mafia Beras di Pasar Induk Cipinang


Menteri Pertanian Amran Sulaiman menduga ada permainan mafia di Pasar Induk Beras Cipinang pada Rabu pekan lalu. Dalam satu hari sebanyak 11.410 ton beras keluar dan membuat pasokan anjlok.
Padahal, Amran mendata, rata-rata beras yang keluar dari PIBC dalam sehari hanya 2.000 sampai 3.000 ton. Peningkatan penjualan lebih dari 280% beras selama satu hari membuat harga beras di pasar naik.
Pengelola pasar melaporkan kejadian tersebut sebagai kesalahan data. "Ada middleman yang mempermainkan. Inilah yang kami sebut mafia. Jangan mempermainkan. Kami setengah mati ini berproduksi," kata Amran dalam keterangan resmi, Selasa (3/6).
Tren pasokan beras masuk ke PIBC terus tumbuh dari 30 ribu ton menjadi 40 ribu ton pada akhir tahun lalu. Angka tersebut terus naik menembus 50 ribu ton secara tahun berjalan.
Eksodus beras dari PIBC pada pekan lalu, menurut dia, menjadi upaya sabotase usaha pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Ia mendorong Satuan Tugas Pangan dari Kepolisian memeriksa aliran beras di PIBC.
Kepala Satgas Pangan Kepolisian Helfi Assegaf mengatakan telah melakukan penyelidikan terkait anomali penjualan beras di PIBC. "Kami akan mendalami lagi data tersebut. Kalau ternyata tidak sesuai, artinya ada manipulasi data penjualan beras," ucapnya.
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Kebijakan Sam Herodian meyakini produksi beras Indonesia bisa mencapai 34,6 juta ton pada 2025 atau melebihi proyeksi Departemen Pertanian Amerika Serikat (AS).
Sam menargetkan pembaruan program produksi beras akan meningkatkan rata-rata indeks pertanian nasional menjadi 2,0. Diperkirakan mayoritas sawah di dalam negeri dapat memproduksi beras dua kali per tahun berkat program pompanisasi dan revitalisasi jaringan irigasi.
"Sawah di Pulau Jawa yang memiliki jaringan irigasi yang bagus dan sudah memiliki Indeks Pertanaman 2,0, seperti di Jawa Barat dan Jawa Timur," kata Sam di Jakarta, Kamis (8/5).