DPR Temukan 1.200 Ton Beras Tak Layak Konsumsi, Bapanas Beri Penjelasan
Komisi IV DPR RI menemukan 1.200 ton beras Bulog tak layak konsumsi di Gudang Perum Bulog Cabang Ternate, Maluku Utara, Selasa (23/9). Dalam video yang diunggah DPR, beras tersebut diketahui sudah disimpan sejak Mei 2024.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan kondisi tersebut terjadi karena beras disimpan terlalu lama.
“Namanya juga penyimpanan, tentunya pasti ada juga yang turun mutu karena ada beberapa yang memang sudah (disimpan) bawaan 2024. Bapanas selalu mengingatkan Bulog untuk mempercepat pengeluaran (beras),” kata Arief saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Senin (29/9).
Arief menjelaskan, secara alami Bulog seharusnya mengeluarkan stok beras ke pasar pada Oktober–Februari. Sementara pada Maret–April, Bulog kembali menyerap beras dari petani, sehingga stok selalu diperbaharui.
Terkait nasib 1.200 ton beras yang ditemukan, Arief menyebut akan ada pemeriksaan lebih lanjut.
“Dilihat dulu ya, kalau kondisi berasnya masih bisa diproses ulang maka akan dilakukan reproses. Tapi kalau kualitasnya busuk pasti tidak boleh diedarkan ke masyarakat,” ujarnya.
Arief menegaskan seluruh bantuan pangan yang ditugaskan kepada Bulog harus sampai ke masyarakat dalam kondisi baik. Pengecekan kualitas beras tidak hanya dilakukan di Maluku Utara.
“Utamanya daerah-daerah yang bukan kota besar, seperti daerah yang harus menyebrang pulau,” ucapnya.
Titiek Soeharto Soroti Beras Berubah Warna
Sebelumnya, Ketua Komisi IV DPR RI Titiek Soeharto menyoroti kondisi beras yang ditemukan sudah berubah warna. Ia mengatakan warna beras tersebut sudah berubah menjadi abu-abu dan tidak mengetahui sampai kapan akan disimpan di gudang tanpa disalurkan.
"Memang ada (beras) yang sedang dikemas untuk SPHP, tapi saya rasa kalau SPHP dapat kualitas ini, tidak layak,” kata Titiek dalam unggahan Instagram DPR RI, Senin (29/9).
Ia menilai, beras Bulog yang kualitasnya sudah buruk sebaiknya tidak dijual maupun dijadikan bantuan pangan. “Mungkin (beras ini bisa) untuk makan ternak,” ujarnya.
Kepala Perum Bulog Rizal Ramdhani mengatakan pihaknya telah melakukan pengecekan langsung di lapangan. Ia mengakui penyimpanan beras memiliki sisi positif maupun negatif.
“Ada (beras) yang tidak layak, betul. Saat ini sedang diproses ulang supaya bisa layak konsumsi,” ujar Rizal saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Senin (29/9).
Bulog Kuasai 3,9 Juta Ton Beras
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto menambahkan Bulog saat ini menguasai stok beras sebanyak 3,9 juta ton. Dari jumlah tersebut, ada sebagian kecil yang menjadi prioritas untuk dilakukan reproses.
“Reproses yaitu langkah perbaikan beras agar kualitas terjaga, dapat disalurkan dan layak dikonsumsi. Jumlahnya kurang dari 0,1% dari total stok yang kami kelola saat ini,” katanya dalam siaran pers, Senin (29/9).
Suyamto menyampaikan apresiasi atas perhatian dan masukan DPR terkait hasil kunjungan kerja Komisi IV DPR RI ke Gudang Salahuddin, Bulog Cabang Ternate.
“Namun demikian, perlu disampaikan bahwa beras yang ditemukan dalam kondisi kurang optimal di Gudang Bulog Ternate bukanlah beras baru atau hasil pengadaan tahun berjalan. Beras tersebut merupakan bagian dari stok lama yang telah disimpan cukup lama, dengan umur simpan lebih dari 12 bulan,” ujarnya.
Ia menambahkan, kondisi geografis Ternate membuat distribusi pangan sangat bergantung pada cuaca, akses logistik, serta fluktuasi permintaan masyarakat. “Dalam situasi seperti itu, distribusi terkadang tidak bisa dilakukan secepat yang direncanakan,” kata Suyamto.
