Pengamat Sebut Alasan Pertamina Malas Bangun Kilang: Bisnis Rugi
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform Fabby Tumiwa mengungkapkan alasan Pertamina malas untuk membangun kilang baru. Hal ini menanggapi pernyataan Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa yang mengeluhkan naiknya jumlah subsidi karena minimnya jumlah kilang di Indonesia.
“Jadi (pembangunan) kilang baru ekonomis kalau sudah 40-50 tahun beroperasi. Jika membutuhkan rentang waktu sejauh itu, apakah masih ada demand (permintaan) setelah 20 tahun kemudian dibangun?” kata Fabby dalam Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2025 di Jakarta, Senin (6/10).
Menurut dia, dengan periode yang panjang ini pembangun kilang berpotensi mengalami penurunan permintaan ketika kinerjanya belum menyumbang keuntungan atau kembali modal dari perusahaan.
“Karena permintaan minyak dunia itu sudah mencapai puncak, banyak pemilik kilang mau tidak mau harus mengobral kilang mereka. Kilang ini bisnis yang rugi,” ujarnya.
Purbaya sebelumnya menyoroti kinerja Pertamina yang dinilai tidak pernah membangun kilang baru untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. “Kilang itu bukan kita enggak bisa bikin atau enggak bisa bikin proyeknya. Cuma Pertamina malas-malasan saja,” katanya dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, Selasa (30/9).
Hal itu berdasarkan pengalamannya saat masih bekerja di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman pada 2018–2020. Ketika itu, ia sempat menawarkan kerja sama dengan Pertamina melalui investor dari Cina yang ingin membangun kilang minyak.
“Anda perlu beli 30 tahun. Setelah 30 tahun, Anda dapat kilangnya gratis. Pertamina bilang, kami keberatan dengan usaha tersebut, karena kami sudah over capacity (kelebihan kapasitas),” ujarnya.
Menurut Purbaya, jawaban tersebut mengejutkan. Padahal sebelumnya Pertamina berencana membangun tujuh kilang baru namun hingga kini tak satu pun yang terealisasi.
“Tapi apa? Satu pun enggak jadi, kan. Mereka bilang, iya, tapi segera-segera akan jadi. Sampai sekarang enggak jadi. Yang ada malah beberapa dibakar kan,” katanya.
Respon Bahlil
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia tidak ingin mengomentari pernyataan Purbaya dan meminta agar hal tersebut ditanyakan langsung kepada yang bersangkutan.
“Tugas saya adalah bagaimana memastikan agar mengawasi pihak-pihak yang berkolaborasi (pembangunan kilang) dengan Pertamina yang sedang berjalan bisa cepat selesai,” kata Bahlil dalam konferensi pers di kantor BPH Migas, Kamis (2/10).
Saat ini, Pertamina sedang menjalankan dua proyek pembangunan kilang. Pertama, pembangunan Kilang Tuban yang masih menunggu keputusan akhir investasi (FID) pada akhir 2025. Kedua, proyek peningkatan kapasitas produksi atau pengolahan di Kilang Balikpapan (RDMP) yang ditargetkan selesai bulan depan.
