Biaya operasional kilang Pertamina sebesar US$ 3,67 per barel, jauh di bawah Singapura US$ 7,81 per barel. Kilang CIlacap dan Kilang Plaju menjadi kilang dengan biaya operasional terendah.
Pertamina telah menjalankan empat proyek RDMP di Kilang Cilacap, Balongan, Dumai, dan Balikpapan, serta dua proyek new grass root refinery di kilang Bontang dan TUban.
Pertamina memproduksi bahan bakar kapal ramah lingkungan, low sulfur fuel oil (LFSO) di Kilang Sei Pakning dan mengekspornya ke Malaysia sebanyak 200 mega barrel.
PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) akan bersinergi dengan PT Pertamina Patra Niaga (PPN) untuk memastikan produksi dan suplai BBM ke masyarakat tetap dapat berjalan normal.
Proyek Kilang Tuban memasuki finalisasi desain rinci atau Front End Engineering Design (FEED) yang telah mencapai 90,99%. Progres ini setara 49% dari proses pembangunan kilang keseluruhan.
Alat Residual Fluid Catlytic Cracking (RFCC) akan mengolah residu menjadi produk bernilai tinggi di Kilang Balikpapan dan meningkatkan margin keuntungan kilang.
Proyek pengembangan kilang pertamina merupakan upaya meningkatkan kapasitas kilang dari 260 ribu barel menjadi 260 ribu barel menjadi 360 ribu barel per hari
Sampai akhir 2021, proyek kilang Balikpapan sudah menelan biaya Rp 27,93 triliun. Komponen luar negerinya senilai Rp 19,52 triliun dan dari dalam negeri Rp 8,4 triliun.