Airlangga: Pasar Domestik Menguat, PMI Manufaktur RI Berlanjut Ekspansif

Andi M. Arief
1 Desember 2025, 14:21
pmi manufaktur, airlangga
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nym.
Pengunjung melihat mobil listrik yang dipajang dalam pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) Semarang di Muladi Dome UNDIP, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (28/9/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pengusaha manufaktur nasional optimistis terkait perekonomian nasional. Hal tersebut tercermin dari angka Purchasing Manager's Index atau PMI Manufaktur Indonesia per November 2025 yang kembali menembus 50,0, tepatnya di 53,3.

Kenaikan sektor manufaktur ini, menurut dia, didorong perbaikan pasar domestik. Setidaknya ada tiga faktor yang mendorong optimisme pasar di dalam negeri, yakni penempatan anggaran negara di bank, pemangkasan suku bunga acuan, dan investasi kendaraan listrik berbasis baterai atau BEV.

"Pasar dalam negeri mulai membaik dan persepsi risiko ke depan sudah kelihatan membaik. Jadi, kebijakan ekonomi pada tahun ini mudah-mudahan jadi pendorong pertumbuhan pada 2026," kata Airlangga di Rapat Pimpinan Nasional Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Jakarta, Senin (1/12).

PMI merupakan indikator performa sektor manufaktur sebuah negara. Angka di bawah 50,0 menunjukkan kondisi kontraksi sektor manufaktur, sedangkan PMI di atas 50,0 menunjukkan kondisi ekspansi.

Airlangga menyampaikan salah satu pendorong PMI di atas posisi 50,0 adalah penekanan harga BEV ke bawah Rp 300 juta per unit. Saat ini harga BEV ada yang di rentang Rp 175 juta sampai Rp 195 juta per unit di dalam negeri.

Kondisi itu membuat penjualan BEV pada Januari-September 2025 tumbuh 18,27%secara tahunan. Dengan demikian, Airlangga menilai mulai terjadi pergeseran pembelian mobil baru dari mobil konvensional ke BEV.

"Kehadiran BEV membuat harga mobil secara keseluruhan ditekan ke bawah. Kondisi ini belum pernah terjadi sebelumnya," katanya.

S&P soal PMI Manufaktur RI

Ekonom S&P Global Market Intelligence Usamah Bhatti mengatakan peningkatan PMI Indonesia per November 2025 menjadi 53,3 disebabkan oleh menguatnya faktor pesanan baru ke sektor manufaktur. Karena itu, permintaan pasar domestik menjadi pendorong utama dalam performa industri pengolahan non-migas pada akhir tahun ini.

Usamah mencatat peningkatan permintaan baru membuat volume barang jadi di gudang meningkat. Sebab, industriwan menilai tingginya permintaan pasar domestik akan berlanjut selama beberapa waktu ke depan.

Sektor manufaktur juga mulai meningkatkan serapan tenaga kerja pada November 2025. Hal ini membuat para pelaku usaha industri memberikan sinyal optimisme pada kondisi pasar tahun depan.

"Peningkatan optimisme terjadi setelah penguatan permintaan pasar domestik terjadi selama empat bulan berturut-turut yang diikuti peningkatan daya beli di tingkat konsumen," katanya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Andi M. Arief
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...