Aktivitas Bisnis AS & Eropa Mulai Pulih Tapi DIbayangi Prospek Suram
Data perekonomian terbaru di Amerika Serikat dan Eropa mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan meski masih dibayangi oleh peningkatan kasus virus corona. Penjualan rumah keluarga tunggal di AS pada Juni melaju hampir ke level tertinggi dalam 13 tahun terakhir, sementara data PMI di Eropa meningkat kembali ke level ekspansi pada Juli.
Dikutip dari Reuters, pasar perumahan AS terbantu oleh rekor suku bunga rendah. Selain itu, banyak warga yang kini memilih berpindah dari pusat kota ke daerah pinggiran dengan kepadatan lebih rendah karena pandemi Covid-19.
Laporan optimistis dari Departemen Perdagangan pada Jumat (24/7) waktu setempat ini, diikuti oleh data bulan ini yang menunjukkan lonjakan kepercayaan kontraktor rumah pada Juli. Selain itu, data ini juga seiring dengan percepatan dalam pembangunan rumah dan penjualan rumah yang sebelumnya dimiliki pada Juni.
Pandemi virus corona telah menyebabkan perusahaan mengizinkan karyawan untuk bekerja dari rumah. Aktivitas bekerja dan sekolah dari rumah memicu permintaan untuk rumah yang luas di daerah metro kecil, pedesaan, dan pinggiran kota metro besar. Kekuatan pasar perumahan dapat membantu menopang sektor ritel karena pemilik rumah membeli furnitur, peralatan kebun, dan pasokan lainnya
"Perumahan memiliki sistem kekebalan yang kuat," kata Michelle Meyer, Kepala Ekonom Bank of America Securities di New York.
Penjualan rumah baru naik 13,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi 776.000 unit bulan lalu, level tertinggi sejak Juli 2007. Laju penjualan Mei direvisi naik menjadi 682.000 unit dari 676.000 unit yang dilaporkan sebelumnya.
Di sisi lain, sebuah laporan terpisah pada hari Jumat dari perusahaan data IHS Markit juga menunjukkan kenaikan Indeks Output PMI Komposit AS, yang melacak sektor manufaktur dan jasa, naik ke pembacaan 50 pada Juli dari 47,9 pada bulan Juni. Kenaikan ini mengakhiri penurunan selama lima bulan berturut-turut.
Angka di atas 50 menunjukkan pertumbuhan hasil produksi sektor swasta. IHS Markit mengatakan beberapa penyedia layanan sedang berjuang dengan reintroduksi langkah-langkah kuncian. Indeks pesanan komposit baru tergelincir ke 49,5 bulan ini dari 49,9 pada bulan Juni.
Namun kenaikan kasus infeksi Covid-19 yang baru telah memaksa beberapa otoritas di wilayah Selatan dan Barat AS untuk menutup bisnis lagi atau menghentikan pembukaan kembali. Ini dapat memperlambat momentum pasar perumahan.
Selain itu, pemulihan pasar tenaga kerja tampak terhenti, dengan jumlah orang Amerika yang mengklaim tunjangan pengangguran meningkat minggu lalu untuk pertama kalinya dalam hampir empat bulan. Sebanyak 31,8 juta orang menerima cek pengangguran pada awal Juli.
Sementara itu, data perekonomian di Eropa juga mulai menunjukkan pemulihan. Indeks output PMI benua tersebut kembali ke level ekspansi pada Juli sebesar 54,8. Data PMI yang dirilis IHS Market ini sebelumnya juga membaik pada Juni dari 31,9 pada Mei menjadi 47,5 tetapi masih dalam level kontraksi.
"Perusahaan-perusahaan di seluruh kawasan Euro melaporkan awal yang menggembirakan ke kuartal ketiga, dengan output tumbuh pada tingkat tercepat selama lebih dari dua tahun pada bulan Juli ekonomi dibuka kembali. Permintaan juga menunjukkan tanda-tanda kebangkitan," ujar Chris Williamson, kepala ekonom bisnis di IHS Markit dikutip dari CNBC.
Perusahaan-perusahaan di Perancis memimpin pemulihan ekonomi di wilayah dengan 19 negara ini. Industri manufaktur melaporkan hasil produksi terbaik dalam dua setengah tahun terakhir.
Namun seperti halnya di AS, masih ada kekhawatiran tentang bentuk pemulihan di wilayah tersebut. Banyak negara zona euro telah membuka kembali ekonomi mereka, tetapi ada langkah-langkah pembatasan sosial kembali dan banyak perusahaan beroperasi pada kapasitas rendah untuk menghindari lonjakan kasus.
Akibatnya, ada kekhawatiran bahwa tingkat pengangguran akan melonjak dalam beberapa bulan mendatang karena perusahaan berjuang untuk beroperasi di tingkat pra-Covid. Pemerintah juga kemungkinan akan mengakhiri dukungan keuangan mereka bagi perusahaan yang semula dikucurkan untuk menjaga semua karyawan mereka tetap memperoleh gaji.
"Kekhawatirannya adalah bahwa pemulihan bisa goyah setelah kebangkitan awal ini. Perusahaan terus mengurangi jumlah karyawan ke tingkat yang mengkhawatirkan, dengan banyak yang khawatir bahwa permintaan yang mendasarinya tidak cukup untuk mempertahankan peningkatan output baru-baru ini," kata Williamson.
Pandemi Covid-19 dinilai berdampak lebih besar bagi perekonomian global sepanjang 2020 seperti tergambar dalam databoks di bawah ini. Singapura dan Korea Selatan bahkan telah resmi masuk ke jurang resesi pada kuartal II 2002.