Gelombang II Covid-19 di Eropa, Austria dan Portugal Lockdown

Arie Mega Prastiwi
Oleh Arie Mega Prastiwi - Tim Riset dan Publikasi
1 November 2020, 11:51
Massimo Pinca Seorang pria dengan masker pelindung berjalan di pasar Madama Cristina, yang sepi setelah pemerintah Italia melaksanakan penutupan daerah besar di utara Italia, di Turin, Italia, Senin (9/3/2020).
ANTARA FOTO/REUTERS/Massimo Pinca/nz/cf

Menjelang musim dingin di Eropa, angka peningkatan penularan Covid-19 semakin meningkat. Gelombang kedua  virus corona di Benua Biru itu membuat sejumlah negara mengambil tindakan untuk melakukan kembali karantina wilayah. Sebelumnya, Jerman dan Prancis sudah memberlakukan lockdown untuk mengurangi laju penyebaran wabah.

Terbaru Austria dan Portugal. Kedua negara tersebut seperti dikutip dari BBC, Minggu (1/11/2020) kembali memberlakukan lockdown demi menghentikan laju penularan virus corona.

Di Austria, pembatasan sosial termasuk berlakunya jam malam, mulai pukul 20.00 hingga 06.00. Kafe dan restoran hanya diperbolehkan take away. Sementara di Portugal, pemerintah memerintahkan warganya untuk berada di rumah, kecuali bagi mereka yang harus bekerja, sekolah dan kuliah atau keperluan mendesak lainnya.

Pada Jumat (30/10), Austria mencatat ada kasus infeksi 5.627. Angka ini nyaris mencapai kapasitas maksimum rumah sakit, yaitu menampung 6.000 pasien. Pembatasan di Austria akan diberlakukan mulai Selasa hingga akhir November. Pusat kebugaran dan museum tutup, tapi toko-toko kebutuhan makanan tetap buka. Taman kanak-kanak dan sekolah dasar ditutup, sementara SMP, SMA dan universitas kembali memberlakukan sekolah online.

“Kami tidak anggap enteng keputusan ini, tapi keputusan ini sangat perlu untuk diambil,” kata Kanselir Sebastian Kurz.

Sementara itu, Portugal memutuskan untuk melakukan karantina wilayah pada Sabtu (31/10), yang akan berlaku untuk 121 komune dari 308 komune di negara itu. Termasuk, mencakup kawasan  Lisbon dan Porto.

Perdana Menteri Portugis Antonio Costa berkata, "Jika tidak ada yang dilakukan, peningkatan infeksi pasti akan membawa kita pada situasi kegagalan sistem kesehatan kita." Karantina di Portugal akan ditinjau dalam waktu dua minggu.

Portugal mencatat 4.007 kasus dan 39 kematian. Hampir 2.000 orang menerima perawatan, 286 di antaranya dalam perawatan intensif.

Gelombang Kedua di Benua Biru

Hampir seluruh negara di Eropa mengalami pelonjakan kasus infeksi virus corona. Sebagian negara-negara itu telah kembali memberlakukan karantina wilayah setelah membludaknya pasien di rumah sakit. Jerman bahkan telah menerima pasien Covid-19 dari Belanda.

Slowakia juga telah memerintahkan tes massal bagi warganya mulai dari umur 10 tahun. Di Polandia, dalam seminggu pasien Covid-19 telah mengokupasi 16.144 bangsal rumah sakit dan 1.305 di antaranya memakai ventilator. Seminggu sebelumnya, Presiden Polandia, Andrzej Duda, positif dan menjadi orang tanpa gejala. Sementara itu, Yunani, Belgia, dan Hungaria kembali memberlakukan lockdown secara nasional, usai kapasitas tempat tidur di rumah sakit mencapai 90 persen.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada Selasa (27/10), Eropa melaporkan 1,3 juta kasus baru dalam tujuh hari terakhir. Jumlah tersebut hampir separuh dari sekitar 2,9 juta kasus yang dilaporkan di seluruh dunia.

Pemerintah di seluruh Eropa telah mendapat kecaman karena kurangnya koordinasi dan dianggap gagal menggunakan jeda kasus selama musim panas untuk meningkatkan penanganan, sehingga membuat rumah-rumah sakit tidak siap.

Di Amerika Serikat, gelombang baru infeksi kembali mencatat serangkaian rekor, enam hari menjelang pemilihan presiden. Presiden Donald Trump yang sempat meremehkan virus corona dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan membatalkan kampanye. Para pendukungnya sering menolak menggunakan masker atau menjaga jarak yang aman saat menghadiri kampanye.

Di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson memutuskan untuk lockdown usai kasus positif mencapai 1 juta. Inggris, yang memiliki jumlah kematian terbesar di Eropa akibat COVID-19, bergulat dengan lebih dari 20.000 kasus virus korona baru setiap hari. Para ilmuwan telah memperingatkan adanya skenario "kasus terburuk" dengan 80.000 kematian.

Hingga saat ini, belum ada satu pun negara di dunia yang memproduksi vaksin secara massal. Sementara di Indonesia, ada beberapa kandidat vaksin yang dikembangkan seperti vaksin merah putih hasil pengembangan Kementerian Riset dan Teknologi, badan riset dan inovasi nasional, serta Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Ada pula kolaborasi kandidat vaksin, antara bio farma dengan Sinovac perusahaan asal Tiongkok, Kimia Farma dengan G42 dari Uni Emirat Arab, dan Kalbe Farma dengan Genexine dari Korea Selatan.

Di tengah penantian distribusi kandidat vaksin corona, pencegahan penularan virus corona bisa dilakukan melalui 3M, yakni mencuci tangan dengan sabun, memakai masker dan menjaga jarak.

Koordinator Tim Pakar sekaligus Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito pun menambahkan, gerakan 3M lebih efektif mencegah penularan jika dilakukan secara kolektif.

"Jadi adaptasinya bukan adaptasi individu, melakukan 3M, protokol kesehatan, tetapi juga adaptasi dalam menjalankan kegiatan ekonominya," kata Wiku.

Pasien positif Covid-19 di Indonesia bertambah 4.029 orang per 28 Oktober 2020. Alhasil, total kasus di dalam negeri sampai saat ini mencapai 400.483 denga 325.793 pasien dinyatakan sembuh dan 13.612 orang meninggal dunia.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...