Panel Ahli Soroti Lambannya Tiongkok & WHO saat Munculnya Covid-19
Kelompok para ahli yang tergabung dalam panel independen mengkritik langkah Tiongkok dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam menangani virus corona di masa awal penyebarannya pada Januari 2020.
Tiongkok dianggap seharusnya menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang ketat pada Januari 2020. WHO pun dipertanyakan karena tak menerapkan langkah darurat internasional sebelum akhir Januari 2020.
Panel ahli ini dipimpin mantan Perdana Menteri Selandia Baru Helen Clark dan mantan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf. "Sistem peringatan pandemi global tidak sesuai untuk tujuan. WHO seperti kekurangan tenaga untuk melakukan pekerjaannya,” bunyi laporan yang dikutip dari Reuters, Selasa (19/1).
Panel ahli ini menerbitkan laporan sementara beberapa jam setelah pakar WHO mengumumkan dunia akan dalam keadaan darurat. Pakar WHO, Mike Ryan, menyebutkan kematian global akibat Covid-19 diperkirakan akan segera mencapai 100 ribu per minggu.
"Panel menilai langkah-langkah kesehatan masyarakat dapat diterapkan lebih tegas oleh otoritas kesehatan lokal dan nasional di Tiongkok pada Januari," kata laporan itu, merujuk pada wabah awal penyakit baru di pusat kota Wuhan, di provinsi Hubei.
Secara khusus, mereka mempertanyakan Komite Darurat WHO yang tidak mengadakan rapat sampai minggu ketiga Januari dan tidak mengumumkan keadaan darurat internasional hingga pertemuan kedua pada 30 Januari.
“Meskipun istilah pandemi tidak digunakan atau didefinisikan dalam Peraturan Kesehatan Internasional (2005), penggunaannya berfungsi untuk memusatkan perhatian pada beratnya peristiwa kesehatan, ” bunyi laporan itu.
Di bawah Presiden Donald Trump, Amerika Serikat menuduh WHO sebagai "China-sentris", yang dibantah oleh badan tersebut. Negara-negara Eropa yang dipimpin oleh Prancis dan Jerman telah mendorong untuk mengatasi kekurangan WHO dalam hal pendanaan, tata kelola, dan kekuatan hukum.
Panel tersebut menyerukan reformasi ulang terhadap WHO yang merupakan badan di bawah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Mereka akan membuat rekomendasi dalam laporan akhir kepada menteri kesehatan dari 194 negara anggota WHO pada Mei nanti.Saat ini sebanyak 13 ahli dari WHO berada di Wuhan sejak Kamis (14/1) untuk melakukan investigasi asal usul Covid-19. Tim ini masih menjalani masa karantina selama 14 hari di Wuhan.
Semula anggota tim WHO berjumlah 15 orang, namun dua orang gagal berangkat ke Wuhan karena dinyatakan positif saat menjalani tes usap PCR ketika transit di Singapura.
Ahli patogen di Wuhan mendorong tim WHO ini melacak keterkaitan wabah tersebut dengan kegiatan Pekan Olahraga Militer Dunia.
Deputi Direktur Departemen Biologi Patogen Wuhan University, Yang Zhanqiu mengusulkan dilakukan investigasi epidemiologis dengan memeriksa 10 atau 20 kasus pertama yang terjadi di Wuhan sehingga bisa membantu bagaimana virus tersebut menular dan dari mana asalnya.
Jika investigasi epidemiologis yang dilakukan WHO mendapati adanya penularan dari orang-orang yang bepergian ke luar negeri, lanjut dia, maka harus segera ditindaklanjuti.
Yang juga mengatakan WHO perlu menyelidiki dugaan personel militer Amerika Serikat yang mengikuti Pekan Olahraga Militer Dunia di Wuhan yang membawa Covid-19 ke Tiongkok hingga menyebar ke seluruh dunia. "WHO harus menyelidikinya dengan mengaitkan kasus pertama yang terjadi di Wuhan," kata Yang dikutip Global Times, Senin (18/1).
Pekan Olahraga Militer Dunia ini digelar di Wuhan pada 18-27 Oktober 2019 yang diikuti oleh 9.308 atlet dari 110 negara.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan