Kemunculan Jack Ma Belum Redakan Kecemasan Investor soal Nasib Alibaba
Kemunculan Jack Ma mendongkrak harga saham Alibaba lebih dari 8% pada perdagangan Rabu (20/1). Namun, analis menilai bahwa ini gagal menenangkan kekhawatiran investor mengenai sorotan pemerintah Tiongkok terhadap Alibaba dan Ant Group.
Ma dilaporkan mengadakan konferensi video virtual dengan 100 guru di perdesaan Tiongkok, Rabu (20/1). Ini kemunculan pertamanya di hadapan publik setelah ‘menghilang’ sejak akhir Oktober 2020 lalu.
Taipan asal Negeri Panda ini lama tak muncul ke publik setelah berpidato dalam acara Bund Summit di Shanghai pada akhir Oktober 2020 lalu. Saat itu, Ma mengatakan bahwa Beijing menghambat inovasi, khususnya di bidang keuangan.
Ma pun dipanggil oleh Beijing pada awal November lalu (2/11/2020). Setelah itu, Ma tak lagi muncul ke publik.
Sumber yang mengetahui persoalan itu mengatakan, Ma memang sengaja mengosongkan jadwal pada akhir tahun lalu. “Alibaba juga berdiskusi terkait kapan dan bagaimana Ma harus muncul kembali untuk meyakinkan investor,” demikian dikutip dari Reuters, Kamis (21/1).
Hasil dari diskusi itu, perusahaan sepakat bahwa Ma harus muncul dengan kondisi yang tampak sebagai bagian dari rutinitas normal. Ini agar tidak mengganggu pemerintah.
Kemunculan Ma pun berhasil mendongkrak harga saham Alibaba. Namun, “keadaan sebenarnya akan sepenuhnya bergantung pada Beijing," ujar CEO dari konsultan China Beige Book yang berbasis di AS, Leland Miller. “Yang kami tahu, apakah Ma bepergian, bersembunyi atau sesuatu yang lain. Alibaba tidak jelas. Masih banyak lagi cerita yang harus diketahui.”
Dua investor yang telah menjual atau mengurangi kepemilikan sahamnya di Alibaba mengatakan, mereka membutuhkan lebih banyak kepastian tentang perusahaan dan peraturan. “Salah satu kriteria utama kami yakni kepemimpinan,” kata direktur di perusahaan penasihat investasi independen Bay Street Capital Holdings William Huston.
“Kami berinvestasi di Alibaba karena saya sangat menghormati Jack Ma sebagai pemimpin,” kata dia. “Kita semua tahu bahwa hanya karena dia muncul, belum tentu menjelaskan apa yang sedang terjadi.”
Huston, yang mengurangi kepemilikan saham di Alibaba dari 8% portofolio menjadi kurang dari 1%, mengatakan bahwa penundaan IPO Ant Group menyebabkan terlalu banyak ketidakpastian. "Semua ini menempatkan kami dalam pikiran di mana Alibaba bukanlah investasi yang ‘bijaksana’," kata Huston.
Kepala investasi di Cumberland Advisors David Kotok juga menjual sahamnya di Alibaba. “Saat Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan di tengah situasi yang berkembang seperti ini, maka tidak dapat menggunakan analisis sekuritas tradisional untuk mengambil keputusan. Kami (memilih untuk) menonton,” kata David.
Mitra konsultan di Berkeley Research Group LLC Harry Broadman berharap Beijing bersikap bijak terkait Alibaba dan Ant Group. “Mengingat reaksi investor terhadap harga saham Alibaba, jika Beijing bersikap rasional, akan bijaksana untuk tidak mengacaukan salah satu angsa emas negara ini,” ujar dia.