WHO Akhirnya Setujui Vaksin Covid-19 Sinovac untuk Penggunaan Darurat
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya menyetujui vaksin Sinovac untuk penggunaan darurat atau Emergency Use Listing (EUL). Ini membuka jalan bagi vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech untuk digunakan di negara-negara miskin.
Reuters melaporkan, vaksin Sinovac merupakan yang kedua buatan Tiongkok yang memperoleh persetujuan WHO. Izin ini menjadi sinyal bagi regulator di masing-masing negara tentang keamanan dan efikasi vaksin.
Setelah memperoleh persetujuan untuk EUL, vaksin Sinovac juga berpeluang masuk COVAX. Ini merupakan program global yang menyediakan vaksin, khususnya untuk negara-negara miskin atau menghadapi masalah pasokan karena penangguhan impor vaksin dari India.
"Saya senang mengumumkan bahwa vaksin Sinovac divalidasi untuk penggunaan darurat, setelah terbukti aman, efektif, dan terjamin kualitasnya," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus saat konferensi pers, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (2/6).
Kelompok Penasihat Ahli Imunisasi WHO juga merekomendasikan vaksin Sinovac untuk digunakan pada usia 18 tahun ke atas. Vaksin diberikan sebanyak dua dosis dengan jarak antar-suntikan dua sampai empat minggu.
Namun, WHO mengatakan bahwa tidak ada batasan usia. Ini karena data menunjukkan kemungkinan memiliki efek perlindungan pada orang tua.
"Hasil efikasi menunjukkan bahwa vaksin mencegah penyakit simtomatik pada 51% dari mereka yang divaksinasi, serta mencegah Covid-19 parah dan rawat inap pada 100% populasi yang diteliti," kata WHO.
Bulan lalu, WHO memberikan persetujuan kepada vaksin Sinopharm asal Tiongkok untuk EUL. Vaksin lain yang mendapatkan izin yakni Pfizer-BioNTech, Moderna, Johnson & Johnson, dan AstraZeneca yang diproduksi di Korea Selatan, India, dan Eropa.
Vaksin yang masuk daftar tersebut terbuka jalannya untuk masuk ke beberapa negara, terutama yang belum memiliki standar aturan internasional sendiri. "Dunia sangat membutuhkan banyak vaksin Covid-19 untuk mengatasi kesenjangan akses yang sangat besar di seluruh dunia," kata Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Akses ke Produk Kesehatan Marangela Simao.