Beda dengan WHO, Uni Eropa Diam Soal Kombinasi Vaksin Covid-19

Happy Fajrian
15 Juli 2021, 08:24
vaksin covid 19, mencampur vaksin, who, uni eropa
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa.
Petugas kesehatan mengambil vaksin COVID-19 AstraZeneca sebelum disuntikkan di Sentra Vaksinasi Central Park dan Neo Soho Mall, Jakarta Barat, Sabtu (8/5/2021).

Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) memutuskan untuk tidak membuat rekomendasi apa pun terkait pencampuran vaksin Covid-19 dari produsen yang berbeda. Menurut EMA, terlalu dini untuk mengonfirmasi apakah dan kapan dosis penguat tambahan akan diperlukan.

Akan tetapi regulator obat Eropa itu mengatakan bahwa dua dosis vaksin diperlukan untuk memberikan perlindungan terhadap Covid-19 varian Delta yang sangat menular.

“Kepatuhan pada jarak vaksinasi yang disarankan, yang sesuai dengan informasi produk, sangat penting untuk mendapatkan manfaat tingkat perlindungan paling tinggi terhadap virus," demikian pernyataan EMA, dikutip dari Reuters, Kamis (15/7).

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa itu memperkirakan bahwa varian Delta akan menyumbang 90% dari varian yang beredar di Uni Eropa pada akhir Agustus.

Varian yang pertama kali muncul di India itu menyebabkan lonjakan kasus di seluruh dunia dan juga mengacaukan rencana pemulihan. Para peneliti dan produsen obat harus segera mengubah vaksin buatannya untuk mencegah hilangnya efektivitas terhadap varian baru.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan varian Delta ditemukan di setidaknya 111 negara dalam dua bulan terakhir, dan sepertinya akan menjadi varian dominan global selama beberapa bulan ke depan.

Sikap EMA berbeda dengan WHO yang memperingatkan risiko mencampur vaksin virus corona dari produsen yang berbeda. Hal ini lantaran tidak ada data mengenai dampak kombinasi tersebut.

Beberapa negara berencana mengombinasikan vaksin Covid-19 dari produsen yang berbeda untuk meningkatkan kekebalan dari varian Delta. WHO menyatakan bahwa ide ini berpotensi membahayakan nyawa.

Thailand dan Indonesia adalah dua negara akan memberikan suntikan vaksin ketiga (booster) dengan merek berbeda. “Ini tren berbahaya karena kita tidak memiliki data dan bukti (efektivitas) mencampur (vaksin),” kata Kepala Peneliti WHO Soumya Swaminathan.

Indonesia berencana menyuntikkan vaksin Moderna sebagai booster kepada 1,4 juta tenaga kesehatan. Sebelumnya seluruh tenaga medis di Indonesia sudah menerima vaksinasi penuh dua dosis menggunakan vaksin Sinovac.

Sedangkan Thailand akan menggunakan vaksin AstraZeneca sebagai booster, juga kepada tenaga kesehatan. Sama seperti Indonesia, tenaga medis di negara ini sebelumnya sudah divaksinasi lengkap menggunakan vaksin Sinovac.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...