Fakta-Fakta Obat EXO-CD24 Buatan Israel, Mampu Atasi Covid-19?
Di saat sejumlah negara mempercepat program vaksinasi, ilmuwan di Israel menemukan obat Covid-19 yang diklaim dapat mengobati pasien dengan gejala berat.
Penemu EXO-CD24, Profesor Nadir Arber dari Pusat Medis Ichilov Tel Aviv, Israel, optimistis obatnya dapat membantu penyembuhan pasien Covid-19. Namun, saat ini, obat tersebut belum ada izin edar untuk digunakan secara luas.
Sebagai informasi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan menguji tiga obat baru, yakni artesunate, imatinib, dan infliximab, untuk terapi corona. Artesunate adalah obat untuk malaria, imatinib merupakan obat bagi pasien kanker, sedangkan infliximab adalah obat gangguan sistem imun. Obat ini dipilih panel ahli karena berpotensi mengurangi risiko kematian pasien Covid-19 rawat inap.
Berbagai pihak tengah berlomba-lomba untuk menemukan obat dan vaksin guna mengendalikan pandemi corona. Data 10 Juli 2021 menunjukkan setidaknya ribuan obat dan vaksin dalam status uji klinis. Obat-obatan yang sedang dalam tahap uji klinis dibagi dalam beberapa jenis, sesuai dengan peruntukannya.
Setidaknya terdapat 1.344 pengujian yang digunakan untuk perawatan. Selain itu, 744 pengujian guna menanggulangi komplikasi Covid-19 juga dalam status uji klinis, seperti terlihat pada grafik Databoks di bawah ini.
Apa Itu EXO-CD24?
Obat EXO-CD24 berbentuk inhaler hisap seperti yang digunakan pada pasien penyakit asma. Obat ini telah diberikan kepada sejumlah pasien Covid-19 dengan gejala sedang dan berat.
Sebagian besar pasien sembuh atau bebas virus corona dalam waktu tiga hingga lima hari. Namun, beberapa tetap dirawat di rumah sakit. Dalam penelitian tersebut tak ditemukan pasien yang menggunakan EXO-CD24 berakhir menggunakan ventilator.
Pada awalnya, obat ini dikembangkan sebagai strategi pengobatan untuk kanker. Tapi secara eksperimental diuji pula pada pasien virus corona di rumah sakit, yang mengalami komplikasi sedang hingga parah.
Benarkah EXO-CD24 Mampu Sembuhkan Pasien Covid-19?
Melansir Antara pada Juni 2021 lalu, sempat beredar sebuah unggahan di Facebook berisi kabar, Israel sudah menemukan obat untuk pasien Covid-19. Obat tersebut bahkan disebut dapat menggantikan vaksinasi.
Menanggapi hal tersebut, Arber selaku pemimpin penelitian obat EXO-CD24 mengatakan, vaksin tetap harus diberikan. Vaksin memiliki fungsi seharusnya dalam membantu mencegah penyebaran virus.
Menurut beberapa sumber, obat yang diklaim sebagai obat anticorona ini masih dalam proses pengembangan. Karena itu, belum dapat dipastikan keampuhannya dalam menyembuhkan pasien Covid-19.
Bagaimana Israel Kembangkan EXO-CD24?
Dalam mengembangkan EXO-CD24 sebagai obat Covid-19, Arber menekankan, obat ini tidak mempengaruhi sistem kekebalan secara keseluruhan. Tapi keberadaannya menargetkan mekanisme khusus untuk membantu menemukan kembali keseimbangan yang benar.
“Kami menyeimbangkan bagian yang bertanggung jawab atas badai sitokin menggunakan mekanisme endogen tubuh, yang berarti alat yang ditawarkan oleh tubuh itu sendiri,” kata Arber, dikutip dari The Times of Israel pada 2 Agustus lalu.
Dalam mengembangkan obat ini, ia bersama tim menghindari timbulnya banyak efek samping. Caranya dengan mengatur untuk mengirimkan obat tersebut tepat di tempat yang dibutuhkan.
Mengutip The Jerusalem Post, Arber dan timnya, termasuk Dr. Shiran Shapira, mengembangkan obat ini, berdasarkan molekul yang telah dipelajari selama 25 tahun. Molekul tersebut dinamakan CD24, yang secara alami ada di dalam tubuh.
Uji Coba EXO-CD24 Sudah Sampai Mana?
Pada Selasa lalu, Arber mengatakan uji coba fase pertama telah selesai. Setelahnya, ia percaya diri mengajukan permohonan ke Kementerian Kesehatan Israel untuk memulai uji coba fase kedua.
Permohonan tersebut mengesankan kunjungan Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis. Ia memutuskan untuk memulai dan mensponsori pengujian ini di Yunani.
Sejak saat itu, pusat medis Ichilov, tempat pertama kali EXO-CD24 dikembangkan, bekerja sama dengan perusahaan farmasi Israel dan pemerintah Yunani untuk memajukan proses pengujian fase kedua.
Usai Yunani menyetujui sponsor penelitian bagi pusat medis Ichilov, uji coba fase kedua dilakukan di Athena, Yunani. Hal tersebut juga disebabkan karena Israel tidak memiliki cukup pasien untuk menjadi relevan.
Pada uji coba tersebut, peneliti utamanya adalah komisioner virus corona Yunani, yakni Profesor Sotiris Tsiodras. Pengujiannya turut melibatkan pasien bergejala sedang dan serius berusia hingga 85 tahun.
Uji coba yang disponsori pemerintah Athena tersebut berakhir pada Selasa, 3 Agustus 2021. Melansir The Jerusalem Post, hasil pengujian menunjukkan obat hirup EXO-CD24 membuat sekitar 93% dari 90 pasien serius virus corona yang dirawat di beberapa rumah sakit Yunani dipulangkan dalam kurun waktu lima hari atau kurang.
Hasil tersebut mengonfirmasi pengujian fase pertama. Dokter menemukan, tidak ada pasien yang perlu diintubasi dan dipasangi ventilator, serta tidak ada yang meninggal, meskipun kondisinya parah
“Dokter melaporkan tanggapan yang baik, dan ini sangat menggembirakan dan mendukung harapan kami bahwa obat ini bisa menjadi ‘pengubah permainan’,” kata Arber kepada The Times of Israel, (2/8).
Saat ini, tim penguji EXO-CD24 siap meluncurkan fase terakhir penelitian. Sekitar 155 pasien virus corona akan ambil bagian dalam penelitian ini. Dua pertiga dari mereka akan diberikan obat, dan sepertiganya plasebo.
Penelitian akan dilakukan di Israel, atau mungkin di tempat lain jika jumlah pasien tidak mencukupi. Jika hasilnya positif, Arber berjanji pengobatannya dapat dilakukan dengan relatif cepat dan biaya rendah.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memastikan bahwa obat tersebut aman. “Kami berharap bisa selesai akhir tahun ini,” kata Arber dikutip dari The Jerusalem Post, (5/8).
Penyumbang bahan: Alfida Febrianna (magang)