PM Australia Kritik Sikap Diam Cina Atas Invasi Rusia ke Ukraina

Agustiyanti
8 Maret 2022, 08:34
ukraina, rusia, pm australia, perang rusia ukraina, cina, invasi rusia
ANTARA FOTO/REUTERS/Kyiv Oblast Police/Handout /WSJ/cf
Puing-puing berserakan di sekitar lubang di sebuah jalan di lokasi dimana beberapa rumah yang rusak akibat ledakan, menyusul serangan udara di Bila Tserkva, Kyiv Oblast, Ukraina, Sabtu (5/3/2022), dalam foto yang didapatkan dari media sosial.

Perang antara Rusia dan Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morison mendesak Cina untuk mengambil tindakan terhadap Rusia guna menghentikan perang dengan Ukraina dan menciptakan perdamaian dunia. 

"Cina sejak lama telah menyatakan (mereka) memiliki peran sebagai salah satu kekuatan besar dunia dan menjadi penyumbang perdamaian dan stabilitas global. Tak ada negara yang punya pengaruh lebih besar dalam mengakhiri perang mengerikan di Ukraina ini daripada China," kata Morrison dikutip dari Reuters, Senin (7/3).

Morrison menyatakan kecewa dengan sikap Cina. "Saya berusaha mendengarkan suara pemerintah Cina yang mengutuk aksi Rusia dan hanya ada keheningan yang mengerikan," kata dia.

Cina sebelumnya menolak untuk menyebut serangan Rusia ke Ukraina sebagai invasi seraya meminta negara-negara Barat untuk menghormati Rusia yang mengkhawatirkan keamanannya.

Rusia melabeli tindakannya di Ukraina sejak 24 Februari itu dengan istilah "operasi militer khusus" dan mengatakan tidak bermaksud untuk menduduki Ukraina.

Morrison menyebut serangan Rusia merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan contoh terkini rezim otoriter yang berusaha menentang status quo lewat ancaman dan kekerasan. 

Namun, ia menilai, apa yang didapatkan Presiden Rusia Vladimir Putin atas perang yang digencerakannya tak sesuai dengan harapan.  "Tak ada keraguan Tuan Putin tidak mendapatkan apa yang dia inginkan," kata Morrison.

Dia mengatakan Putin melebih-lebihkan kemampuannya dalam "perang ilegal" ini. Hal ini terliat dari cara Putin mengirimkan anak muda hasil wajib militer ke medan tempur. "Saya tidak melihat hal itu beresonansi dengan baik di Rusia," kata Morrison.

Morrison mengkritik kebijakan Cina yang justru melonggarkan tarif gandum dan akan memasok sistem pembayaran UnionPay ke Rusia saat negara-negara lain menjatugkan sanksi. "Selama mereka bertaruh dengan cara seperti ini, maka saya takut pertumpahan darah akan terus berlanjut," kata dia.



Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...