Penembakan Massal di Rumah Sakit AS, Tiga Orang Meninggal
Aksi penembakan kembali terjadi di Amerika Serikat. Sedikitnya tiga orang tewas dalam penembakan di kampus rumah sakit pada Rabu (1/6) di Tulsa, Oklahoma.
Mengutip CNN, Departemen Kepolisian Tusla mengatakan penembak juga tewas dalam kejadian tersebut. Polisi datang ke lokasi tak lama setelah mendapatkan informasi bahwa terdapat seorang pria yang bersenjatakan senapan di Gedung Medis Natalie, gedung kantor dokter di kampus Rumah Sakit St. Francis.
"Pada titik ini, kami dapat mengonfirmasi bahwa penembaknya telah tewas," demikian informasi dalam laman Facebook Kepolisian Tusla.
Belum jelas apakah penembakan itu dilakukan sendiri. Petugas saat ini sedang memeriksa setiap ruangan di gedung untuk memeriksa ancaman tambahan.
Kapten Polisi Richard Meulenberg mengatakan, pihaknya telah mengevakuasi gedung dan mengevakuasi korban Rabu malam (1/6).
Gedung ini memiliki beberapa lantai dengan ratusan kamar dan orang di dalam gedung. Evakuasi dilakukan seperti halnya terjadi kondisi bencana.
Telah ada situs reunifikasi yang didirikan untuk anggota keluarga dan teman-teman di Memorial High School di sebelah barat LaFortune Park, tambah polisi. Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api dan Bahan Peledak membantu di lokasi penembakan.
Penembakan massal beberapa hari sebelumnya juga terjadi di sebuah sekolah dasar di Texas, Amerika Serikat. Sebanyak 19 siswa SD dan dua orang guru tewas dalam insiden yang juga terjadi hanya selang 10 hari dari penembakan massal di sebuah supermarket di Buffalo, New York.
Berdasarkan arsip kekerasan bersenjata AS, sudah ada lebih dari 200 penembakan massal pada tahun ini. Penembakan massal didefinisikan sebaga insiden yang menyebabkan sedikitnya empat orang tertembak atau terbunuh. Data juga menunjukkan terdapat sebanyak 692 penembakan massal pada 2021 dan 610 penembakan pada 2022.
Pada insiden penembakan di Buffalo yang juga terjadi pada bulan ini, terdapat 10 orang meninggal dunia. Kebanyakan dari mereka adalah ras Afrika-Amerika. Saat menyampaikan bela sungkawa kepada para keluarga korban di Texas, Presiden Joe Biden menekankan pentingnya tindakan berarti untuk mencegah insiden nahas serupa kembali terjadi. “Mengapa kita rela hidup dengan pembantaian ini? Mengapa kita terus membiarkan ini terjadi? Sudah waktunya untuk mengubah rasa sakit ini menjadi tindakan,” kata Biden di Gedung Putih pada Selasa (25/4).
Meskipun ratusan penembakan massal terjadi di Amerika setiap tahun, Kongres yang terbagi dua dalam sistem politik AS, yakni DPR dan senat, telah berulang kali gagal meloloskan undang-undang pengendalian senjata utama. Rintangan untuk memberlakukan undang-undang senjata yang lebih ketat di AS sangat banyak dan signifikan.
“Mengapa kita rela hidup dengan pembantaian ini? Mengapa kita terus membiarkan ini terjadi? Sudah waktunya untuk mengubah rasa sakit ini menjadi tindakan,” kata Biden di Gedung Putih pada Selasa (25/4).
Meskipun ratusan penembakan massal terjadi di Amerika setiap tahun, Kongres yang terbagi dua dalam sistem politik AS, yakni DPR dan senat, telah berulang kali gagal meloloskan undang-undang pengendalian senjata utama. Rintangan untuk memberlakukan undang-undang senjata yang lebih ketat di AS sangat banyak dan signifikan.
Ada dukungan luas di AS untuk kebijakan tertentu yang diperjuangkan oleh pendukung pengendalian senjata. Menurut survei Morning Consult/Politico yang dilakukan tahun lalu, 84% pemilih Amerika mendukung pemeriksaan latar belakang universal untuk pembelian senjata.
Namun demikian, pendapat yang lebih bervariasi dikemukakan oleh orang-orang Amerika ketika ditanya tentang pemikiran mereka tentang undang-undang senjata yang lebih ketat secara umum. Sebuah jajak pendapat November yang dilakukan oleh Gallup menemukan bahwa 52% orang Amerika mendukung kontrol senjata yang lebih ketat, yang menandai peringkat terendah pada pertanyaan serupa sejak 2014.
Dukungan untuk larangan pistol juga mencapai titik terendah baru pada tahun 2021, dengan hanya 19% orang Amerika yang memberi tahu Gallup bahwa mereka akan mendukung kebijakan semacam itu. Beberapa keraguan itu mungkin berasal dari fakta bahwa puluhan juta orang Amerika memiliki senjata sendiri.