WHO Catat Ada 1.000 Kasus Cacar Monyet Secara Global
Badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) menyatakan, risiko penyakit cacar monyet alias monkeypox mulai berkembang di negara non-endemik. Tercatat ada 1.000 kasus terkonfirmasi dari 29 negara sejak awal Mei hingga Rabu (8/6).
Meski penyebaran penyakit itu sudah keluar dari negara endemiknya di benua Afrika, WHO belum merekomendasikan vaksin massal untuk melawan virus tersebut.
Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menjelaskan, vaksinasi bisa dipertimbangkan bila ada kontak jarak dekat dengan pengidap monkeypox. Idealnya, vaksin diberikan kepada seseorang empat hari setelah terpapar dari anggota keluarga atau pasangan.
“Sejauh ini, tidak ada kematian yang dilaporkan di negara-negara ini. Kebanyakan kasus cacar air ditemukan pada pria yang berhubungan seks dengan pria, tetapi juga bisa yang lain,” kata Tedros dalam konferensi pers di Jenewa, dilansir dari AFP, Kamis (9/6).
Penyakit cacar monyet ini adalah endemik di sembilan negara di Afrika. Namun, dalam sebulan terakhir, penyakit ini dilaporkan ada di benua Eropa, seperti di Inggris, Spanyol, dan Portugal.
Gejala awal penyakit itu yakni demam tinggi, pembengkakan kelenjar getah bening, dan munculnya ruam seperti cacar air.
Penyebaran utama cacar monyet yaitu kontak erat. WHO juga masih mengkaji adanya kemungkinan risiko penularan melalui udara.
“Orang dengan gejala cacar monyet harus mengisolasi diri di rumah dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan. Sedangkan orang yang ada di rumah yang sama harus menghindari kontak dengan pengidap,” ujar Tedros.
Kehadiran penyakit itu secara tiba-tiba dan tak terduga di luar negara endemik menunjukkan ada kemungkinan penularan yang tidak terdeteksi dalam beberapa waktu. Padahal, virus ini menyebar di Afrika dalam beberapa dekade dengan lebih dari 1.400 kasus suspek dan 66 kematian tahun ini.
Oleh karena itu, Tedros menyatakan bahwa satu kasus cacar monyet di negara non-endemik bisa dianggap sebagai wabah.
"Sangat disayangkan cerminan dunia tempat kita hidup saat ini. Masyarakat internasional baru memperhatikan cacar monyet karena muncul di negara berpenghasilan tinggi," kata Tedros.
Di sisi lain, WHO mencoba untuk menentukan jumlah dosis vaksinasi cacar yang tersedia saat ini. Selain itu, mencari tahu kapasitas produksi dan distribusi dari produsen vaksin.
Direktur Kesiapsiagaan dan Pencegahan Epidemi dan Pandemi WHO Sylvie Briand menyatakan, vaksin tersebut juga bisa digunakan untuk melawan virus cacar monyet yang berada dalam genus orthopoxvirus.
Vaksin itu sebelumnya dipakai untuk melawan penyakit cacar yang menyerang dunia pada 1980.
“WHO sedang menilai potensi vaksin cacar yang ditimbun dan menghubungi produsen serta negara-negara yang sebelumnya telah menjanjikan vaksin,” kata Briand dilansir dari Antara.