Tak Bisa Bayar, Sri Lanka Berencana Restrukturisasi Utang
Sri Lanka mengumumkan rencana untuk merestrukturisasi utang. Caranya, menukar utang treasury jangka pendek menjadi surat utang atau obligasi jangka panjang.
Utang treasury adalah instrumen utang yang dikeluarkan oleh bank sentral atas nama pemerintah dengan jangka waktu kurang dari satu tahun. Sementara tenor obligasi dua tahun atau lebih.
Gubernur bank sentral Sri Lanka Nandalal Weerasinghe menyampaikan, penukaran utang treasury ke obligasi jangka panjang mencakup sebagian dari total utang domestik US$ 42 miliar.
Restrukturisasi utang domestik itu bertujuan membantu negara mencapai target program IMF yakni mengurangi keseluruhan utang menjadi 95% dari produk domestik bruto atau PDB pada 2032.
Sri Lanka memang sedang berjuang menghadapi krisis keuangan terburuk sejak kemerdekaannya dari Inggris pada 1948. Ini terjadi setelah cadangan devisa negara mencapai rekor terendah dan memicu gagal bayar utang luar negeri pada tahun lalu.
Protes yang meluas di Sri Lanka bahkan memaksa mantan presiden Gotabaya Rajapaksa meninggalkan negara itu pada Juli.
Padahal, Sri Lanka sudah mengantongi dana talangan dari IMF US$ 2,9 miliar pada Maret. IMF akan meninjau penggunaan dana ini pada September.
Selain menukar utang treasury jangka pendek menjadi obligasi jangka panjang, Sri Lanka mengkaji opsi merestrukturisasi utang dengan mengurangi 30% pokok utang lewat pembayaran kembali dalam jangka waktu enam tahun dan tingkat bunga 4%.
"Kami meminta pemegang utang luar negeri memangkas 30% pokok utang kami, tapi itu masih dalam pembahasan," kata Nandalal dikutip dari Reuters, Kamis (29/6).
Cara lainnya, pemerintah melakukan negosiasi ulang terkait utang luar negeri dengan pemegang obligasi dan kreditur bilateral termasuk dari Cina, Jepang dan India.
Bank Dunia Beri Rp 10,5 Triliun ke Sri Lanka
Bank Dunia menyetujui pinjaman US$ 700 juta atau Rp 10,5 triliun ke Sri Lanka. Penggunaannya yakni:
- US$ 500 juta digunakan untuk dukungan anggaran
- US$ 200 juta sebagai bantalan bagi kelompok masyarakat yang paling terkena dampak krisis
"Melalui pendekatan bertahap, strategi Bank Dunia berfokus pada stabilisasi ekonomi awal, reformasi struktural, serta perlindungan masyarakat miskin dan rentan," kata Direktur Bank Dunia untuk Sri Lanka Faris Hadad-Zervos, dikutip dari Reuters.
Meski begitu, Sri Lanka mengharapkan bantuan total US$ 4 miliar dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB) dan lembaga multilateral lainnya.