Berita Krisis Sri Lanka Terbaru dan Terkini Hari Ini - Katadata.co.id

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa mengundurkan diri di tengah gejolak politik dan ekonomi di negaranya. Ia berasal dari keluarga yang memiliki pengaruh politik kuat.

Sri Lanka menjadi negara pertama yang gagal membayar kewajiban ke pemegang obligasi asingnya tahun ini. Hampir 60% negara berpenghasilan rendah sedang mengalami kesulitan membayar utang.

Kepergian Rajapaksa mengakhiri dinasti keluarga yang telah memerintah Sri Lanka selama beberapa dekade.

Para petugas imigrasi di bandara Kolombo Sri Lanka mencegah adik presiden Gotabaya Rajapaksa meninggalkan negara di tengah krisis yang terjadi di sana.

Sri Lanka mengalami krisis pangan yang parah setelah pemerintahan Rajapaksa memutuskan melarang impor pupuk kimia secara drastis pada April 2021.

Istana presiden tersebut sudah diduduki para demonstran dan warga Sri lanka selama dua hari sejak Sabtu (9/7).

Aksi demonstran tersebut melakukan reaksi terhadap krisis ekonomi terburuk yang menimpa Sri Lanka sejak tujuh dekade.

Sejumlah kebangkrutan yang menimpa negara-negara ini bahkan jauh sebelum terjadi berbagai krisis dunia saat ini seperti yang dialami Sri Lanka. Mana sajakah negara-negara tersebut?

Ekonom memperingatkan ada risiko yang perlu diantisipasi Indonesia terkait bangkrutnya ekonomi Sri Lanka.

Gejolak sosial dan politik disertai dengan krisis pangan dan energi membuat Sri Lanka bangkrut. Pemerintah setempat perlu melakukan berbagai upaya agar negara ini dapat bangkit kembali.

"Ekonomi kami telah menghadapi keruntuhan total," ujar Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe

Saat ini Sri Lanka hanya memiliki stok BBM berupa solar sebanyak 9.000 metrik ton dan bensin 6.000 metrik ton yang akan habis dalam beberapa hari tanpa adanya pasokan baru.

Krisis keuangan yang mencengkeram Sri Lanka berpotensi menyebar ke seluruh dunia berkembang dan menyulitkan hidup ratusan juta orang lainnya.

Perdana Menteri Sri Lanka menyebut ekonomi negaranya saat ini telah sepenuhnya runtuh dan membutuhkan bantuan IMF untuk kembali menstabilkan perekonomian.

Sri Lanka menghadapi krisis pangan, energi, hingga obat-obatan akibat kekurangan devisa yang bermula dari kesalahan dalam pengelolaan keuangan negara, terutama utang.