Daftar Negara Paling Rentan Dampak El Nino, Indonesia Termasuk?

Tia Dwitiani Komalasari
7 Agustus 2023, 06:32
Pengendara sepeda motor melintas di sekitar waduk yang mengering di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (25/7/2023). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan puncak kemarau imbas fenomena El nino terjadi pada Agustus hingga aw
ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/tom.
Pengendara sepeda motor melintas di sekitar waduk yang mengering di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (25/7/2023). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan puncak kemarau imbas fenomena El nino terjadi pada Agustus hingga awal September mendatang.

Negara-negara di seluruh dunia sedang berjuang melawan gelombang panas dan banjir yang dipicu oleh El Nino. Organisasi Meteorologi Dunia menyatakan fenomena ini memiliki kemungkinan hingga 90% untuk bertahan di paruh kedua tahun 2023.

Dampak El Nino akan berdampak pada seluruh negara di dunia. Namun demikian, negara berkembang akan lebih rentan terhadap perubahan harga, serta produksi pangan dan energi. Pasalnya mereka seringkali memiliki penyangga fiskal lebih kecil yang membatasi kemampuan mereka untuk meredam dampaknya.

Berdasarkan indeks Standard Chartered Bank yang dikutip dari Reuters,  India dan Mesir termasuk di antara ekonomi yang secara keseluruhan paling rentan terhadap dampak El Nino tahun ini. Hal itu mempertimbangkan bobot sektor primer, porsi makanan dalam keranjang inflasi, dan kemampuan negara untuk diimbangi melalui dukungan fiskal.

Ghana, Kenya, dan Filipina juga menempati urutan teratas dalam daftar. Sementara negara-negara seperti Afrika Selatan dan Cile termasuk yang paling tidak rentan - bersama dengan sebagian besar ekonomi pasar maju seperti Jerman atau Amerika Serikat.

"Kami percaya bahwa negara-negara yang paling berisiko dari peristiwa El Nino tahun ini adalah negara-negara yang memiliki fundamental ekonomi yang relatif lemah dan yang mengalami produksi pertanian yang relatif lemah selama periode El Nino 2014-16," kata Eugene Klerk, Kepala Riset ESG di Bank Standard Chartered, dikutip Senin (7/8).

Negara Paling Rentan El Nino
Negara Paling Rentan El Nino (Reuters)


Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia tidak termasuk dalam 10 besar negara paling rentan terhadap El Nino, namun demikian dampaknya akan terasa. Salah satunya adalah pengurangan produksi pangan dan juga kenaikan harga komoditas impor.

Menteri Pertanian Indonesia, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan El Nino diprediksi memangkas produksi beras Indonesia hingga 300 ribu ton hingga 1,2 juta ton. Namun demikian, dia memastikan stok beras masih cukup hingga akhir tahun.

"Sampai September 2023, kita masih punya kelebihan stok di atas 2,7 juta ton. Artinya, setiap bulan masih ada panen beras di atas 800.000 ton," kata Syahrul di Istana Kepresidenan, Rabu (2/8).

Namun demikian, Syahrul mengaku mendapatkan instruksi untuk mempersiapkan ketersediaan beras nasional jika El Nino tahun ini menjadi yang terparah. Syahrul mencatat El Nino pada tahun ini dapat memangkas produktivitas padi lantaran aliran air akan terbatas.

Di tempat terpisah, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia atau Gapmmi, Adhi S Lukman, memprediksi harga semua komoditas pangan yang masih bergantung terhadap impor akan naik imbas adanya fenomena cuaca buruk El Nino pada Agustus-September 2023. Hal itu karena beberapa negara sudah memutuskan untuk melarang ekspor bahan pangannya guna mengantisipasi  kekeringan dampak adanya cuaca ekstrem El Nino. 

"El Nino ini harus diwaspadai menurut saya, karena paling tidak akan menaikan harga kalau suplainya berkurang, karena produksi pangan kita juga tidak cukup, jadi bahaya. Apalagi yang ketergantungan impor," ujar Adhi saat ditemui di Jakarta, Rabu (2/7).

Adapun komoditas pangan yang dipastikan naik imbas adanya El Nino yaitu gula, kedelai, beras dan daging sapi. Hal ini lantaran empat komoditas pangan tersebut masih sangat bergantung kepada impor. Apalagi, India sudah memutuskan untuk menyetop ekspor berasnya. 

Menurut estimasi FAO, pada 2022 ada sekitar 735,1 juta orang yang mengalami kelaparan di berbagai belahan dunia, setara dengan 9,2% dari total populasi global.

Angkanya memang sedikit turun dibanding 2021. Namun, jika dibandingkan dengan sedekade sebelumnya (periode 2010-2020), alih-alih membaik, kondisi kelaparan global pada 2022 malah lebih buruk.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...