Sekjen PBB: Sekarang Era Pendidihan Global, Bukan Pemanasan Global
Bulan Juli tercatat sebagai bulan terpanas sepanjang sejarah dengan rata-rata suhu udara global mencapai 17,06°Celsius. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengatakan bahwa era pemanasan global sudah berakhir, sekarang adalah eranya pendidihan global.
“Periode tiga minggu terpanas tercatat pada Juli, bersamaan dengan serangkaian hari terpanas, sementara suhu lautan berada pada level tertinggi yang pernah tercatat sepanjang tahun ini. Era pemanasan global telah berakhir, dan era pendidihan global dimulai,” ujarnya seperti dikutip dari Balkangreenenergynews.com, pada Selasa (15/8).
Guterres menambahkan bahwa dampak dari pendidihan global ini akan sangat jelas dan tragis. “Anak-anak tersapu hujan monsun, keluarga lari dari kobaran api, pekerja pingsan karena bekerja di panas terik,” ujarnya.
Kenaikan suhu rata-rata global adalah hasil dari emisi karbon dan gas rumah kaca, yang memerangkap sejumlah besar panas matahari di atmosfer. Menurut sebuah analisis oleh World Weather Attribution Network efeknya menyebabkan gelombang panas di Eropa, Asia dan Amerika Utara dan membuatnya lebih mematikan.
“Umat manusia ada di kursi panas. Untuk sebagian besar Amerika Utara, Asia, Afrika, dan Eropa, ini adalah musim panas yang kejam. Untuk seluruh planet, ini adalah bencana. Dan bagi para ilmuwan, tidak diragukan lagi, manusialah yang harus disalahkan,” ujarnya tegas.
Kesepakatan Iklim Mendesak
Guterres mengatakan bahwa masih memungkinkan untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5°C dan menghindari perubahan iklim yang paling buruk.” Tetapi hanya dengan aksi iklim yang dramatis dan segera,” kata Guterres.
Dia mendesak para pemimpin negara di seluruh dunia dan pembuat keputusan di tingkat global untuk mengambil tindakan cepat.
“Udaranya tidak bisa dihirup. panas tak tertahankan, dan tingkat keuntungan bahan bakar fosil dan kelambanan iklim tidak dapat diterima. Pemimpin harus memimpin. Tidak ada lagi keraguan. Tidak ada lagi alasan. Tidak perlu lagi menunggu orang lain bergerak lebih dulu. Tidak ada lagi waktu untuk itu,” tegas Guterres.
Dia menekankan perlunya tindakan global melalui tiga langkah penting: tindakan terhadap emisi, adaptasi iklim, dan pendanaan iklim. Para pemimpin negara harus meningkatkan aksi iklim dan keadilan iklim, terutama dari Kelompok 20 (G20), yang bertanggung jawab atas 80% emisi global.
Dia menunjuk ke KTT yang akan datang – termasuk KTT Ambisi Iklim PBB pada bulan September dan COP28 Konferensi Perubahan Iklim PBB pada bulan November – sebagai peluang kritis untuk mencapai kesepakatan yang berarti dalam mencegah krisis iklim lebih buruk lagi.