UNFCC Gandeng IEA untuk Buat Kerangka Transisi Atasi Perubahan Iklim
Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim atau United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dan Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) mengumumkan kerja sama untuk mendorong kemajuan dalam komitmen energi yang telah dibuat. pada KTT iklim COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab, yang bertujuan membatasi pemanasan global hingga 1,5 °C.
Dalam fase kerja sama yang baru ini, UNFCCC dan IEA akan fokus pada tiga bidang utama. Pertama, pelacakan dan pelaporan hasil-hasil terkait energi dari Global Stocktake yang pertama pada COP28.
Kedua, membangun konsensus mengenai tindakan untuk mencapai transisi energi yang selaras dengan target 1,5 °C. Ketiga, mendukung putaran Nationally Determined Contributions berikutnya berdasarkan Perjanjian Paris. Selain itu, kedua organisasi akan memperdalam kerja sama yang sudah ada di bidang data dan peningkatan kapasitas.
Keputusan Global Stocktake pertama yang disetujui oleh hampir 200 negara pada COP28, juga disebut sebagai Konsensus UEA, mencakup komitmen signifikan terhadap energi yang telah diminta oleh IEA menjelang KTT tersebut, seperti tujuan global baru pada 2030 yaitu meningkatkan tiga kali lipat kapasitas energi terbarukan, menggandakan kemajuan efisiensi energi dan mengurangi emisi metana secara signifikan. COP28 juga menyampaikan pengakuan akan perlunya transisi dari bahan bakar fosil ke dalam sistem energi dengan cara yang adil dan merata, termasuk secara bertahap menghentikan penggunaan tenaga batubara.
Sekretaris Eksekutif UNFCCC Simon Stiell mengatakan, pihaknya dan IEA akan bekerja sama mengidentifikasi metrik yang tepat untuk melacak kemajuan global menuju tujuan-tujuan ini dan memberikan informasi terkini yang menginformasikan, serta memotivasi tindakan global untuk mencapai komitmen iklim internasional.
Sebagai bagian dari hal ini, IEA akan membuat laporan yang meninjau kemajuan internasional terhadap komitmen energi, yang dibuat pada COP28, yang akan diterbitkan menjelang KTT COP29.
“Setelah hasil COP28, kita sekarang perlu memastikan komitmen-komitmen dilaksanakan, dengan membuat teks perjanjian menjadi kenyataan. Saya berharap kerja sama antara IEA dan UNFCCC dalam melacak kemajuan pencapaian janji-janji baru mengenai transisi energi, pertukaran data dan peningkatan kapasitas untuk NDC baru, sekaligus mendukung pemerintah untuk menerapkan kebijakan dan tindakan yang ada selama dekade kritis ini," kata kata Stiell, dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (23/3)
Sementara, Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol menjelaskan, kerja sama ini akan menyatukan kekuatan internasional UNFCCC dan keahlian teknis mendalam mengenai perubahan iklim dengan keahlian data, analisis, dan kebijakan energi IEA.
Dua organisasi ini, juga akan berkerja sama mendukung hasil positif dari rangkaian baru Dialog Transisi Energi Tingkat Tinggi COP-IEA, yang akan diadakan tahun ini, untuk mempersiapkan KTT COP29 di Baku, Azerbaijan
Diskusi ini akan menjadi forum penting bagi para pemimpin iklim dan energi internasional untuk berdiskusi dan menetapkan prioritas menjelang COP29 pada bulan November, dan untuk berbagi pengalaman, serta keahlian saat mereka mengembangkan rencana transisi dan NDC baru.
Untuk mendukung putaran NDC berikutnya, UNFCCC dan IEA juga akan bekerja sama untuk memberikan saran kebijakan dan dukungan teknis mengenai pengembangan target terkait energi yang sejalan dengan hasil Global Stocktake dan tujuan Perjanjian Paris. Hal ini mencakup kontribusi IEA terhadap inisiatif NDC 3.0 Navigator yang baru diumumkan oleh UNFCCC.
UNFCCC dan IEA akan memanfaatkan nota kesepahaman yang telah mereka tanda tangani, untuk memperluas dan memperdalam kerja sama mengenai data emisi gas rumah kaca dan peningkatan kapasitas data nasional. Ini mencakup penyelenggaraan lokakarya bersama dengan negara-negara untuk meningkatkan data energi nasional, dan untuk meningkatkan efektivitas dan transparansi pengambilan keputusan di bidang energi dan iklim.