3 Dampak Negatif Flexing, Bisa Menggangu Kepribadian
Flexing adalah perilaku pamer di media sosial dengan model unggahan tentang pencapaian atau prinsip secara pribadi. Tujuan flexing cukup beragam, mulai dari kepentingan endorsement, untuk menampilkan kredibilitas atas sebuah kemampuan, hingga untuk tujuan mencari pasangan.
Tindakan flexing sebenarnya tidak hanya pencitraan diri saja, namun merupakan alat marketing perusahaan. Yang dilakukan mereka yaitu market signalling atau aktivitas mengirimkan sinyal marketing.
Strategi tersebut ini umumnya dilakukan dengan bekerja sama dengan influencer sosial media sehingga cepat menarik perhatian calon konsumen. Dalam kondisi ini, flexing berguna untuk mengembangkan usaha karena merupakan bagian dari alat marketing.
Namun di lain kondisi, terkadang banyak orang menggunakan flexing untuk alat menipu orang lain. Contoh flexing yang tidak baik yaitu seorang afiliator trading yang memamerkan hartanya agar masyarakat tergiur mengikuti trading yang dipromosikannya. Oleh sebab itu, masyarakat perlu cermat dalam menilai seseorang yang tampil di sosial media dengan segala kemewahan yang ditunjukkannya.
Apa Alasan Seseorang Melakukan Flexing?
Aktivitas memamerkan harta kekayaan tentu bukan tanpa alasan. Jika mengutip dari penjelasan di gooddoctor.co.id, berikut ini beberapa alasan seseorang melakukan flexing.
1. Membutuhkan pengakuan
Seseorang yang terbiasa pamer di media masa biasanya haus akan pengakuan dari orang lain. Dia ingin orang-orang melihat kehebatan dan kelebihan yang dimilikinya. Misalnya, keinginan untuk dikenal dan akui sebagai orang yang kaya dan hidup berkecukupan.
2. Ingin diterima di lingkungan pertemanan
Flexing sebenarnya bentuknya beragam, tidak melulu soal pamer harta di media sosial. Terkadang ada juga orang yang hanya pamer pada lingkup pertemanan atau lingkungan yang sempit. Hal ini bisanya dilakukan agar ia bisa diterima dalam pergaulan tersebut. Dengan menunjukkan kehebatannya, maka ia berharap dapat menjadi bagian dalam pertemanan tersebut.
3. Insecure
Rasa insecure menjadi alasan seseorang melakukan flexing. Rasa tidak percaya diri terkadang membuat seseorang akhirnya menutupi dengan cara memamerkan segala hal yang dimilikinya. Kondisi ini membuat seseorang akhirnya terpaksa menunjukkan keberadaannya karena merasa orang lain tidak menganggapnya penting.
4. Sedang memiliki masalah
Tidak menutup kemungkinan, seseorang yang selalu memamerkan hartanya atau kemampuannya justru tengah menghadapi masalah yang serius. Sebagai contoh, seseorang sedang mengalami kesulitan bisnis, namun tidak ingin orang lain mengetahuinya. Akhirnya orang tersebut memilih flexing agar terlihat baik-baik saja.
5. Kebiasaan sejak kecil
Flexing juga bisa timbul akibat dari kebiasaan sejak kecil. Kepribadian saat masih anak-anak memang akan mudah terbawa hingga dewasa. Apabila sejak kecil terbiasa pamer, maka tidak menutup kemungkinan sikap tersebut terbawa hingga dewasa.
Dampak Negatif Perilaku Flexing
Perilaku flexing dengan tujuan strategi marketing memang cukup menguntungkan. Namun jika dilakukan dengan tujuan pamer kekayaan, tentu memberikan dampak yang kurang baik. Berdasarkan penjelasan di doktersehat.com, berikut ini beberapa akibat sering melakukan flexing.
1. Berpotensi memaksakan keadaan
Dampak dari pamer kekayaan yaitu berpotensi memaksakan keadaan. Hal ini dikarenakan terbiasa tampil dengan barang mewah bisa membuat seseorang semakin ingin menunjukkan eksistensinya.
Hal ini berbahaya, jika dikemudian hari yang bersangkutan tidak bisa memenuhi keinginan tersebut. Maka, kondisi tersebut dapat mengarah ke pemaksaan kedaan. Orang yang terbiasa flexing umumnya akan berupaya untuk melakukan flexing walaupun dalam kondisi yang tidak memungkinkan.
2. Kesulitan dalam mendapat teman
Banyak di antara kita yang beranggapan bahwa memiliki kekayaan bisa menarik perhatian banyak orang dan menambah teman. Faktanya, seseorang yang biasa flexing justru sulit mendapatkan teman.
Sebuah studi dari jurnal Social Phsycological and Personality Science menyebutkan bahwa, sebanyak 66% orang cenderung memilih mobil mewah dibandingkan mobil standar. Namun, dalam menarik orang baru, kebanyakan orang justru lebih senang berteman dengan seseorang yang memiliki kendaraan standar.
3. Dapat mengganggu kepribadian
Dampak lain dari flexing yaitu bisa mengganggu kepribadian seseorang. Menurut seorang psikolog di Knox College penulis buku The High Price of Materialism menyebutkan bahwa, seseorang yang flexing memiliki sikap kurang empati, kurang prososial, dan lebih kompetitif.
Tak hanya itu, seseorang yang biasa flexing juga cenderung tidak mendukung kelestarian lingkungan. Bahkan, cenderung mendukung keyakinan yang merugikan dan diskriminatif.