Memahami Perbedaan Retinol dan Retinoid pada Produk Perawatan
Dalam dunia perawatan kulit, produk yang mengandung retinol atau retinoid sering dipromosikan sebagai produk melawan keriput. Kandungan retinol atau retinoid dalam suatu produk telah diteliti membawa manfaat signifikan untuk kulit, terutama pada wajah.
Retinol dan retinoid merupakan dua bahan yang serupa, yaitu turunan dari vitamin A. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan di antara keduanya.
Perbedaan Retinol dan Retinoid
Melansir laman Stanford Medicine, retinol dan retinoid merupakan turunan kimia dari vitamin A, yaitu vitamin penting yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi tubuh. Kedua bahan ini memiliki kegunaan dalam perawatan kulit, terutama untuk mengurangi kerutan, meningkatkan produksi kolagen dan mengobati jerawat.
Perbedaan retinol dan retinoid terletak pada kekuatan dan ketersediaannya. Retinol lebih ringan di kulit dan dijual bebas. Sedangkan retinoid harus sesuai resep dokter karena lebih kuat efeknya. Retinoid memiliki efek yang lebih kuat dan diklasifikasikan sebagai obat-obatan dengan resep dokter. Tidak sembarang orang boleh menggunakan retinoid. Meski demikian, salah satu jenis retinoid yang disebut adapalene 0,1% tersedia di pasaran.
Sementara itu, retinol adalah salah satu jenis retinoid. Retinol merupakan bahan yang ditambahkan ke produk yang dijual bebas, seperti krim kulit, losion dan serum. Retinol masih bisa efektif dan menghasilkan efek signifikan pada kulit. Tetapi, hasilnya tidak akan terlalu mencolok seperti retinoid dan membutuhkan waktu lebih lama untuk melihat hasilnya.
Cara Kerja Retinol dan Retinoid pada Kulit
Retinoid dan retinol bekerja dengan mengubah cara sel berfungsi. Bahan-bahan ini mempercepat pergantian sel untuk membuat sel baru. Retinoid mendorong sel-sel kulit untuk membelah lebih cepat dan membangun lapisan atas pelindung kulit yang disebut epidermis.
Mengutip Harvard Health Publishing, retinoid dapat mengurangi garis-garis halus dan kerutan dengan meningkatkan produksi kolagen. Bahan ini juga merangsang produksi pembuluh darah baru di kulit, sehingga meratakan warna kulit. Manfaat lainnya dari retinoid yaitu memudarkan bintik-bintik penuaan dan melembutkan bagian kulit yang kasar.
Selain itu, retinoid dapat membuka pori-pori, menghilangkan bakteri yang berkontribusi terhadap jerawat, dan mengurangi peradangan dan pengelupasan kulit akibat penyakit psoriasis.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, retinoid memiliki efek yang kuat, sehingga hanya dapat digunakan sesuai resep dokter. Salah satu jenis retinoid yang disebut tretinoin mengandung asam retinoat tertinggi. Bahan ini digunakan dermatologis untuk mengobati jerawat atau penyakit kulit lainnya.
Sebagai alternatif retinoid, maka dibuatlah retinol dengan efek yang lebih ringan. Meski demikian, retinol juga dapat membantu kesehatan kulit. Dijelaskan dalam jurnal Journal of Cosmetic Dermatology Maret 2016, penggunaan retinol secara signifikan mempengaruhi sifat seluler dan molekuler dari epidermis dan dermis.
Studi lain dalam jurnal Clinical Interventions in Aging juga menunjukkan, formulasi retinol menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam pemudaran kerutan halus setelah 12 minggu pemakaian. Retinol bisa sama efektifnya dengan retinoid dengan efek iritasi yang jauh lebih minim.
Efek Samping Retinol dan Retinoid
Mengutip tesis Michelle Lee dalam University Honors Theses, ada beberapa efek samping retinol, yaitu:
- Kemerahan sementara.
- Penyerpihan dan pengelupasan kulit.
- Peningkatan sensitivitas kulit.
Efek samping retinol dikenal sebagai retinisasi, atau masa penyesuaian kulit. Peradangan termasuk respons utama kulit terhadap retinol. Cara terbaik untuk menangani pengelupasan adalah mengoleskan pelembab pada kulit setelah menggunakan retinol. Hasil penggunaan retinol mulai terlihat sekitar empat hingga lima minggu dengan penggunaan teratur.
Adapun efek samping retinoid dengan kandungan yang lebih kuat meliputi:
- Kulit kering.
- Pengelupasan kulit dan iritasi.
- Fotosensitivitas.
Retinoid dari resep dokter digunakan untuk mengobati jerawat dan mungkin menimbulkan purging, yaitu reaksi terhadap bahan aktif yang meningkatkan pergantian sel kulit. Bagi orang yang rentan terhadap jerawat, purging dapat berlangsung selama dua hingga enam minggu sebelum melihat hasilnya. Purging merupakan reaksi normal karena sel-sel kulit diregenerasi oleh retinoid.
Retinoid juga dapat meningkatkan sensitivitas kulit terhadap sinar ultraviolet. Tetapi, setelah beberapa bulan penggunaan rutin, sensitivitas itu menghilang. Jadi pastikan untuk memakai tabir surya setiap hari.
Pilih Retinol atau Retinoid?
Dokter kulit bersertifikat Dr. Ramya Kollipara dalam Healthline mengungkapkan, sebelum memilih retinol atau retinoid, Anda harus mempertimbangkan jenis kulit dan tingkat keparahan masalah yang dialami.
Retinol direkomendasikan untuk siapa saja dengan kulit kering karena lebih ringan dan sering diformulasikan dengan bahan lain yang melembabkan. Orang dengan jenis kulit sensitif sebaiknya memulai dengan persentase retinol yang rendah.
Untuk pemula, kebanyakan dokter kulit merekomendasikan retinol dengan konsentrasi 0,25% hingga 1% untuk merasakan hasilnya. Gunakan retinol dua sampai tiga kali seminggu. Setelah sekitar satu bulan, Anda dapat secara bertahap meningkatkan frekuensi penggunaan sehari-hari.
Sementara itu, jika kondisi kulit sudah parah dan retinol tidak bekerja, Anda bisa konsultasi ke dermatologis untuk mencoba retinoid. Retinoid dari resep dokter tersedia dalam berbagai persentase, antara lain 0,018%, 0,025% dan 0,05%. Meski tampaknya sedikit, persentase tersebut sudah cukup kuat.
Untuk mendapatkan hasil terbaik dari penggunaan retinoid, pastikan untuk mengoleskan dalam jumlah kecil, secara konsisten. Anda hanya perlu krim retinoid seukuran kacang polong untuk seluruh wajah.
Jika tidak mengalami perubahan apapun setelah delapan hingga 12 minggu, dokter biasanya dapat mengganti ke kombinasi topikal atau mencoba persentase retinoid yang lebih tinggi.