Pemerintah Target Ekspor Perikanan Capai Rp 84,5 Triliun Tahun Depan

Image title
24 November 2019, 11:12
kementerian kelautan dan perikanan target ekspor perikanan us$ 6 miliar atau Rp 84,5 triliun tahun depan.
ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Ilustrasi, pekerja mengumpulkan ikan hiu ke dalam keranjang di tempat pelelangan ikan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (23/11/2019).

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan, ekspor perikanan mencapai US$ 6 miliar atau sekitar Rp 84,5 triliun pada tahun depan. Target tersebut lebih besar dibandingkan tahun ini, US$ 5,5 miliar atau Rp 77,5 triliun.

Direktur Pemasaran Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Machmud mengatakan, kementeriannya memperkirakan realisasi ekspor tahun ini US$ 4,8 miliar-US$ 5 miliar. Namun, ia tidak merinci penyebab ekspor hasil laut diprediksi di bawah target US$ 5,5 miliar tahun ini.

“Tahun depan targetnya US$ 6 miliar. Semoga tercapai,” katanya di Monas, Jakarta, Minggu (24/11). Target itu terdiri dari produk mentahan dan olahan.

KKP menargetkan, produk mentahan seperti ikan mencapai 2,5 juta ton tahun depan. Sedangkan ekspor produk olahan seperti hasil laut beku, kupas, sashimi, dan lainnya dibidik 1,2 juta ton.

(Baca: Beda dengan Susi Pudjiastuti, Edhy Prabowo Kaji Penggunaan Cantrang)

Machmud optimistis target ekspor tahun depan bisa tercapai, terutama dari udang. Ia menyebutkan, ekspor udang ke Amerika Serikat (AS) rerata 500-600 ribu ton per tahun. “Meski begitu, (pemasok udang ke AS) yang nomor satu itu India. Keduanya Indonesia," katanya menambahkan.



Selain itu, hasil laut terbesar yang diekspor seperti ikan tuna, cakalang, rajungan, kepiting, cumi, sotong, gurita, dan rumput laut. "Itu punya kita semua. Kontribusi Indonesia juga lumayan bagus (terhadap total ekspor) di dunia," kata dia.

(Baca: Menteri Edhy Prabowo Diminta Tiru Susi untuk Tenggelamkan Kapal)

Negara tujuan utama ekspor hasil laut Indonesia yakni AS. Namun, KKP mencatat pertumbuhan ekspor ke Negeri Paman Sam stagnan. Salah satu penyebabnya, pembeli di negara tersebut rerata berusia 47-48 tahun.

Kondisi serupa terjadi di Uni Eropa dan Jepang, juga disebabkan oleh penduduknya yang sudah tua. "Jadi pertumbuhan ada yang negatif dan yang tidak tumbuh atau stagnan," kata Machmud.

Untuk itu, kementeriannya mencari pasar ekspor baru ke negara-negara yang pertumbuhan penduduknya relatif tinggi atau di atas 2% per tahun. KKP pun mengkaji pasar Tiongkok, negara-negara di Timur Tengah, dan Afrika. 

Pasar-pasar itu dikaji karena pertumbuhan penduduknya relatif tinggi. “Ada peluang pasar di sana," kata Machmud.

(Baca: Dapat Anggaran Rp 6,7 T di 2020, KKP Kejar Target PDB Perikanan)

Reporter: Ihya Ulum Aldin

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...