Indonesia Berpotensi Jadi Eksportir Udang Terbesar Dunia
Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) menyatakan, Indonesia memiliki potensi lahan pesisir untuk tambak udang terluas di dunia. Pemanfaatan yang tepat akan menjadikan Indonesia produsen dan pengekspor udang budidaya terbesar.
Ketua Umum MAI Rokhmin Dahuri menjelaskan garis pantai mencapai 95.185 kilometer berpotensi untuk membuat lebih dari 3 juta hektare tambak udang. “Terlebih, harga udang yang cenderung mahal dan stabil,” kata Rokhmin dalam keterangan resmi, Rabu (28/3).
Data International Trade Center (2017), pertumbuhan ekspor komoditas perikanan Indonesia pada periode 2012-2016 rata-rata tumbuh hanya 2,37% per tahun. Total nilai ekspor komoditas perikanan tahun 2012 mencapai US$ 3,59 miliar dan tahun 2016 meningkat kecil menjadi US$ 3,86 miliar.
Kontribusi nilai ekspor udang vaname beku terhadap total nilai ekspor perikanan tahun 2016 lebih dari 27%. Rokhmin menjelaskan, budidaya udang dapat berkontribusi secara signifikan dalam pertumbuhan ekonomi serta menyerap banyak tenaga kerja. Sehingga, udang memiliki peranan yang besar terhadap kinerja ekonomi perikanan Indonesia.
(Baca: Sebulan Berjalan, Asuransi Budidaya Udang Punya 2 Ribu Peserta)
Hanya, ia mengakui bahwa hingga saat ini, nilai ekspor udang Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara produsen udang lain. Tahun 2016 India tercatat sebagai negara yang memiliki nilai ekspor udang tertinggi di dunia, yaitu mencapai US$ 3,70 miliar. Disusul Vietnam, Ekuador, Tiongkok, Thailand, dan Indonesia dengan nilai ekspor masing-masing sebesar US$ 2,71 miliar; US$ 2,60 miliar; US$ 2,16 miliar; US$ 1,98 miliar; dan US$ 1,67 miliar.
Oleh karena itu, Rokhmin mengusulkan kerja sama sinergis dari hulu ke hilir dalam budidaya udang. Setiap komponen dalam sistem usaha budidaya udang, seperti pengusaha hatchery, pakan, petambak, pengolah, pemerintah, asosiasi, peneliti, dan dosen, harus mengeluarkan atau menyumbangkan kemampuan terbaiknya.
Menurutnya, Indonesia memiliki asosiasi yang bergerak pada bisnis udang masing-masing, yaitu asosiasi pada on-farm, off-farm hulu maupun off-farm hilir. Berbeda dengan negara maju yang kelembagaan asosiasinya terhimpun dalam satu wadah yang besar sehingga fokus dan memilki posisi tawar yang tinggi dalam penyusunan regulasi pemerintah. “Ini rumus keberhasilan produksi pada on-farm merupakan hubungan sebab-akibat dengan off-farm,” ujar Rokhmin.
(Baca : Dorong Transaksi Perikanan, Menteri Susi Pantau Pembangunan SKPT Papua)
Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo menuturkan, perlu dibentuk forum komunikasi udang yang melibatkan seluruh stakeholder di bidang budidaya udang dari hulu ke hilir ditambah peran pemerintah.
Budhi juga telah menyampaikan masalah ke Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, serta Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman. “Terbatasnya anggaran pemerintah masih menjadi salah satu kendala,” tuturnya.