Berstatus Positif Corona, Ahli Seksologi Naek Tobing Meninggal Dunia
Tenaga Kesehatan yang meninggal terkait virus corona Covid-19 kembali bertambah hari Senin (6/4). Psikiater yang juga konselor seks kenamaan yakni dr Naek L Tobing meninggal dunia dengan status pasien positif corona.
Naek menjadi dokter ke-19 yang meninggal terkait corona. Humas Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Halik Malik mengatakan pria berusia 79 tahun itu memang sebelumnya dirawat dengan penyerta sakit berat yakni kanker lambung.
"Meninggal dunia di RSPP setelah swab test Polymerase Chain Reaction (PCR) positif Covid-19," kata Halik dilansir dari Antara, Senin (6/4).
(Baca: Kondisi Jakarta Memprihatinkan, 118 Tenaga Medis Terpapar Covid-19)
Halik lalu mengutip pernyataan putri dr Naek bahwa pemakaman ayahnya langsung dilakukan pada hari Senin (6/4). Dia juga belum mendapatkan informasi lebih lanjut kronologi meninggalnya ahli seksologi tersebut.
“Infonya, beliau berisiko tinggi untuk sakit yang berat karena faktor usia dan riwayat penyakit kronis sebelumnya,” kata Halik.
Dia mengatakan IDI akan membentuk tim audit untuk menelusuri secara lengkap kematian dokter dalam penanganan virus corona. Ia juga menyampaikan rasa duka mendalam atas timbulnya banyak korban di kalangan tenaga medis.
“Kami segenap dokter Indonesia berduka dan menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada dokter-dokter yang telah mendahului sejawat dalam pandemi corona ini," kata Halik.
Naek adalah ahli seksologi kenamaan yang telah mengeluarkan sejumlah buku terkait masalah kesehatan seksual dan kehidupan rumah tangga. Salah satu karyanya adalah ‘Seks & Problemanya’ dan ‘Problema Seks Dalam Rumah Tangga’.
Banyaknya dokter yang tumbang dalam menghadapi corona membuat IDI mengambil Langkah. Wakil Ketua Umum IDI dr Adib Khumaidi beberapa hari lalu menjelaskan pihaknya sedang membuat aturan internal agar penularan Covid-19 tak semakin banyak di kalangan tenaga kesehatan.
Salah satunya meminta pasien penyakit lain tak perlu konsultasi langsung di rumah sakit jika kondisi kesehatan belum mendesak. “Misalnya saya dokter bedah, saya minta pasien jangan ke poli dulu kalau belum emergency,” kata Adib beberapa hari lalu.
Dia juga berharap dengan adanya aturan, maka tak banyak dokter spesialis lain yang terkena corona. Selain itu, pasokan alat pelindung diri dapat dialokasikan kepada tenaga kesehatan di garis depan. “Seperti dokter di puskesmas atau di UGD,” ujar dia.
(Baca: Sri Mulyani: Jumlah Pasien Covid-19 Akan Capai 95 Ribu pada Akhir Mei)