Jokowi: Cuma Dua Persoalan Besar Jakarta, Banjir dan Macet
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, hanya ada dua masalah besar yang ada di Jakarta yakni banjir dan kemacetan. Adapun saat ini, pemerintah tengah berupaya mengatasi kedua permasalahan ini.
“Persoalan besar di Jakarta cuma ada dua, yang pertama banjir,” kata Jokowi di Hotel Novotel Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (18/12).
Banjir baru saja terjadi pada Selasa (17/12) akibat hujan deras. Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPDP DKI Jakarta mencatat ada delapan RW di tiga kelurahan di Jakarta Barat yang terendam banjir. Sementara, 19 ruas jalan di Jakarta turut tergenang.
Untuk mengatasi banjir, Jokowi menyebut saat ini sedang dibangun Bendungan Sukamahi dan Ciawi di Bogor, Jawa Barat. Kedua bendungan itu diperkirakan bakal selesai pada akhir 2020. “Kalau itu jadi, banjir akan bisa lebih dikendalikan,” kata Jokowi.
(Baca: Waspadai 54 Titik Rawan Banjir di Jakarta, Ini Daftarnya)
Menurut Jokowi, upaya mengatasi banjir juga sangat bergantung sekali dengan pembersihan selokan. Hal tersebut juga bergantung kepada pelebaran Sungai Ciliwung yang sudah menyempit begitu sampai di Ibu Kota.
“Ketiga, perlu manajemen pengelolaan pintu air di Jakarta,” ucap Jokowi.
Sementara permasalahan kedua, yakni kemacetan. Untuk mengatasinya, pemerintah sudah mulai membangun berbagai moda transportasi massal, seperti Mass Rapid Transit atau MRT Jakarta dan Light Rail Transit atau LRT Jabodebek. MRT Jakarta fase I saat ini sudah beroperasi dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia, sedagkan LRT Jabodebek diperkirakan bakal beroperasi pada akhir 2021.
“Insyaallah kalau sudah selesai akan sangat mengurangi macet,” kata Jokowi.
(Baca: Menjajal Akses Jalan Menuju Ibu Kota Baru di Bukit Sepaku)
Jokowi mengatakan, berbagai moda transportasi yang ada di Jakarta akan diintegrasikan agar bisa semakin mengurai kemacetan. Walau demikian, Kepala Negara menilai pemindahan ibu kota negara dari Jakarta tetap dibutuhkan jika ingin bisa mengatasi kedua persoalan besar itu secara maksimal.
Jika ibu kota tak dipindahkan dari Jakarta, Jokowi menilai masyarakat akan terus berbondong-bondong ke sana. Hal itu membuat Jakarta semakin padat dan melebihi daya dukung yang dimiliki ibu kota.
“Kalau tidak pindah ibu kota ya memang akan sulit,” ucapnya.