Kembangkan Kilang Balikpapan, Pertamina Jajaki Utang hingga Rp 91 T
Pertamina tengah menjajaki pendanaan berkisar US$ 4 miliar hingga US$ 6,5 miliar -- sekitar Rp 56 triliun sampai Rp 91 triliun -- dari Korea Trade Insurance Corporation (K-Sure) dan Korean Exim Bank (Kexim). Pendanaan tersebut untuk proyek pengembangan atau refinery development master plan (RDMP) kilang Balikpapan.
"Ini memang yang kami dalam proses pembahasan dengan K-Sure dan Kexim, bagaimana kami memperloleh pendanaan dalam bentuk project financing yang jumlahnya antara US$ 4 miliar-6,5 miliar," kata Direktur Keuangan Pertamina Pahala Mansury ketika ditemui di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (6/9).
Selain mencari pendanaan yang berasal dari pinjaman, Pertamina akan menggandeng investor untuk mendukung pendanaan dalam bentuk ekuitas. "Ini belum tentu menjadi investor strategis tapi mereka menjadi pemodal dalam bentuk ekuitas dalam proyek ini," kata dia.
(Baca: Pertamina Ingin Pakai CO2 dari Tiung Biru untuk Proyek EOR di Sukowati)
Pahala belum bisa memastikan porsi pendanaan dari pinjaman dan ekuitas untuk pengembangan kilang Balikpapan. Namun, kemungkinannya, bisa 60% pinjaman berbanding 40% ekuitas.
Mantan Direktur Utama Garuda Indonesia tersebut menargetkan, pemilihan investor bisa dilakukan antara Desember tahun ini hingga Fabruari tahun depan. "Itu adalah khusus untuk ekuitasnya saja. Untuk debt-nya (dari K-Sure dan Kexim) targetnya antara April sampai Mei tahun depan," kata dia.
Pertamina optimistis kilang Balikpapan dapat rampung pertengahan 2023. Nantinya, kapasitas kilang yang berada di Kalimantan Timur ini akan naik dari 260 juta barel per hari (MBSPD) menjadi 360 MBSPD.
(Baca: Pacu Produksi, Pertamina Incar Blok Migas di Timur Tengah)
Sebelumnya, pada akhir Juli lalu, Pertamina menerbitkan obligasi global sebesar US$ 1,5 miliar untuk mendukung belanja modal (capex) perusahaan, termasuk untuk proyek pembangunan kilang. Pertamina menganggarkan capex sebesar US$ 8 miliar tahun depan.
Sejauh ini, Pahala menyatakan belum memiliki rencana penerbitan obligasi global selanjutnya. Pihaknya harus melihat realisasi capex tahun ini dan realisasi capex tahun depan hingga Juni 2020 untuk memiliki gambaran kebutuhan pendanaan selanjutnya.